Kalau kita tarik dalam kasus di atas, seharusnya mood baik bisa tetap baik walau pun masalah datang silih berganti. Cercaan dan cemoohan tak akan berarti apa-apa, selama jiwa kita kaya.
Itu kenapa kata nabi, orang kaya itu bukan mereka yang banyak hartanya. Hakikatnya kaya adalah ketika jiwanya kata. Kaya dengan apa? Â Syukur, tadabur dan positif bersikap.
Di titik ini, kenapa Islam mengajarkan ketika kita marah, Â kalau sedang berdiri diajarkan untuk duduk. Kalau duduk dianjurkan untuk berbaring. Kalau masih marah pula, maka dianjurkan untuk wudhu. Sesungguhnya setan diciptakan dari api, dan api akan padam karena tersiram oleh air. Tak lain agar kita mau bersikap dalam keadaan apa pun.
Oleh karenanya, alangkah lebih baik sebelum kita menyalahkan orang lain karena merusah mood kita, adalah dengan berusaha membangun pikiran positif lagi produktif. Ibarat di depan kitta disuguhi sambal yang super pedas, sebagai orang merdeka kita bisa memilih; memakannya atau mengabaikannya.
Kalau kita memakannya harus paham efek terlalu makan sambal itu adalah perut akan banyak suara-suara ritmis. Ujungnya akan teras panas di pantat seusai BAB. Kalau tak mau, diam adalah pilihan paling aman. Anda setuju? (***)
Pandeglang, 23 Juli 2024 Â 15.13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H