Kabah sepi. Masjid nabawi dibatasi. Hanya tukang bersih-bersih yang terpotret kamera. Begitu khusyu setia membersihkan noda demi noda di tempat suci itu. Tidak pernah terjadi dalam sejarah ka'bah sepi, tapi masa pandemi itu terjadi. (Halaman: 9)
Di luar sana ada banyak narasi terkait sepinya ka'bah. Â Ada yang bilang ciri kiamat, ada gerakan konspirasi, dan sebaginya. Di sinilah bedanya Habib, kalau kebanyakan kita pesimis akan kenyataan korona.
Habib Ja'far justeru melihat sepinya ka'bah adalah hikmah Tuhan tampaknya ingin dekat dengan tukang bersih-bersih itu. Selama ini mereka terlupakan. Tak ada yang memperhatikan. Lewat foto viral seantero dunia yang tengah menyapu itu. Ka'bah hanya simbol persatuan kita bukan tujuan ibadah kita.Â
Hal menarik di halaman 21, Hijrah Itu Masih Koma, Belum Titik. Tulisan ini menyorot tren hijrah akhir-akhir ini bahwa hijrah itu tak sekedar ganti fashion atau menampilkan simbol agama saja. Hijrah itu proses mengubah diri dari jalan yang gelap ke jalan yang cerah.
Hijrah selayaknya membuat kita lebih santun, lebih rendah hati dan tak sekedar saleh ritual. Hijrah itu harus pula soleh secara sosial. Artinya, kita menjadi hamba yang cerdas meningkatkan kemampuan diri. Terbuka dan kasih sama sesama. Â
Kalau kata UAS, Â sebelum hijrah ia taat pada orangtuanya setelah hijrah ia menuduh orang sekitarnya "ahli neraka" gara-gara perbedaan pemahaman soal teks agama. Tentu ini kontradikif dengan hakikat hijrah itu sendiri.Â
Dari dua artikel itu ada persfektif lain yang saya pahami terkait fenomena terkini. Sebelum membaca agak curiga dengan buku ini, apa sih isinya. Setelah membaca isinya, saya merasa tertampar. Betapa selama ini saya terlalu mudah menghakimi sesuatu yang padahal tidak tahu haikatnya.Â
Benat kata Nabi, belajar itu wajib. tak kenal usia dari buaian sampai liang lahad. Untuk lebih lengkapnya, silahkan miliki bukunya. Buku ini sangat cocok untuk semua, terutama untuk kamu anak muda yang ingin lebih tahu tentang Islam. Tanpa merasa digurui.Â
Akhirnya, tak ada gading yang retak. Buku ini pun sama lepas dari kekurangan. Saran saya sih, ada baiknya kalau ingin lebih tahu baca bukunya baru nilai isinya. Jangan terjeba oleh isinya. Wallahu'alam. (***)
Pandeglang, 11 Juli 2024Â Â 22.15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H