Dulu, aku melihat orang sibuk asyik banget. Kok tiap waktu terisi penuh dibandingkan dengan keadaanku banyak waktu terbuang. Ada banyak waktu untuk baca buku berjam-jam, pun menulis dan membersihkan tanaman bunga di rumah.
Sekarang aku merasakan sibuk itu lumayan melelahkan. Hal yang dulu dianggap biasa setelah sibuk amat luar biasa. Mungkin begitu alasan kenapa banyak orang sukses kadang ingin menjadi orang biasa, karena ia ingin merasakan kebebasan dirinya. Momen di mana menghirup udara tanpa harus mengernyitkan kening.
Semakin sibuk kita maka banyak hal yang harus kita tinggalkan. Banyak hal terjadi salah paham dengan orang sekitar kita. Begipula aku denganmu, ribut karena kebersamaan yang terasa sebentar.
Aku tak bisa membayangkan seperti Mas Gong yang sering kunjungan ke luar daerah, pulau bahkan negara yang berminggu-minggu. Komunikasi dengan keluarganya harus tetap baik. Karyanya harus tetap ada. Eksistensi ada karena punya karya nyata. Itu tuntunan nyata.
Di rumah pun tak lama. Subuh-subuh harus tancap gas lagi. Begitu dan begitu. Belum mengurus komunitas Rumah Dunia, mengecek acaranya dan rencanya gimana ke depan. Heuh.
Salut banget bisa memanejemen waku dengan baik. Hubungan dengan isteri-anak baik-baik. Karya ada. Kontribusi nyata. Sibuk bisa diatur dengan mudah.
Terus, apa kiat Mas Gong?
Konsiten dan taat sama dealine. Penulis baik mereka yang konsisten, dan bisa mengelola waktu seefektif banget. Sibuk bukan alasan kita melupakan target. Justeru saat itu momentum kita agar lebih giat lagi. Ada sensasi lain nanti kita rasakan.
Oleh karenanya, bukan soal sibuk yang harus kita ributkan. Bukan soal sebanyak waktu kita bersama dengan pasangan kita. Seberapa kualitas kebersamaan kita, karena kita gak tahu, sibuk bukan soal kita tapi seberapa sabar kita mau memahaminya.
Sibuk itu soal produktifitas, apa yang kita berikan untuk diri kita. Untuk bangsa tercinta. Untuk agama pasti kita ingin sumbangsihkan. Kalau tak ke sana, apalah arti hidup kalau sekedar ingin ketawa-ketiwi tanpa nilai apa-apa. Â Salam literasi. Wallahu'alam. (***)
Pandeglang, 27 Juni 2024 Â 07.10