Perbedaan sudah biasa. Semangat keislaman tak melulu di lapangan ritual dan kultural. Dalam jangkauan luas NU ingin menampilkan kesalehan sosial.
Seperti diungkapkan Ulil Absar Abdala di salah satu kesempatan, bahwa NU sudah membentuk PT khusus mengelola tambang. NU lebih dari cukup punya kader-kader potensial mengurusnya.
Singkatnya, sikap dan pilihan NU tidak gegabah. Ada pun tanggapan masyarkat yang kurang setuju, di sinilah letak tantangan untuk NU membuktikan bahwa kemampuan pengelolanya baik dan benar sebagaimana pemain lama di sektor tambang.
Oleh karenanya, hemat saya, si pembuat plesetan logo itu jangan dilaporkaan ke pihak kepolisian. Alangkah bijak diajak tabayun dulu. Selama ada jalan yang lebih edukatif, kenapa harus menampilkan wajah yang kurang bersahabat.
Di sini sikap kader NU teruji, apakah menampilkan sikap yang adem dan meneduhkan. Atau sebaliknya, merespon dengan cara yang kurang terpuji. Bisa jua biasa saja, karena kita tahu poin plesetan itu adalah kritik pada keputusan pengurus pusat.
Namanya kritik di negara demokrasi itu biasa. Ada pun agak kelewat batas, di sinilah momen menampilkan karakter bangsa kita, yang kekeluargaan dan mengedepankan dialog. Ngopi bareng sambil diskusi hangat di emperan.
Biarkan Pak Polisi menyelesaikan kasus-kasus yang menumpuk, janganlah dibebani dengan kasus baru. Â Kasus Vina masih jadi perhatian kita, semoga terkuak sampai tuntas. Wallahu'alam. (***)
Pandeglang, 26 Juni 2024 Â 21.59
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H