Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Sopia, Gadis Hebat dari Jabar Sana

24 Juni 2024   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2024   15:34 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah nyata, dua anak di Jabar sana tentang dua anak  yang rela tidur di kuburan, menghabiskan waktunya berjuang dari satu rupiah ke rupiah lain. Dari satu mandor ke mandor lain. 

Ibunya wafat karena kanker, bapaknya kerja di kota lain nun jauh. Rumahnya dijual untuk biaya pengobatan ibunya. Adiknya tak mau sekolah, karena punya prestasi mendapatkan beasiswa sehingga bisa melanjutkan seklolah.

Wanita itu namanya Sopia, gadis mungil dengan rambut yang pendek. Sengaja rambutnya begitu demi bertahan hidup. Agar "disangka" laki-laki dan bisa bekerja sebagai kuli bangunan.

Pekerjaan berat yang biasanya dilakukan kaum Adam, Sopia melakoni demi bertahan hidup. Demi adik tetap kuat, demi keadaan lebih baik. Berat memang, jauh dari bapak, tidak ada ibu dan saudara pun jauh pula. Harus pula tidur di kuburan.

"Kenapa dikuburan? Kenapa tidak mengemis saja?," begitu ditanyakan Om Ded di podcast-nya.

Di Jakarta banyak orang keadaannya tidak lebih baik darinya mengemis demi mencukupi kebutuhan hidup. Gadis itu menjawab, malu. Hem, malu.

Malu pada siapa? 

Pada diri, keluarga dan orang sekitarnya. Tersentuh saya mendengarnya. Orang semuda itu punya kejujuran, keuletan, keberanian dan semoga seterusnya.

Hari ini kita, menurut pengamat sosial, kita menghadapi krisis mental. Betapa banyak orang yang "potong kompas" demi nasib baik. Tak peduli aturan baik, tak peduli merugikan negara dan tak peduli banyak yang dirugikana karena perilakunya. Misalnya korupsi.

Koruptor itu kalau kita lihat mereka yang punya harta cukup. Rumah mentereng. Karir cemerlang. Keluarga yang nyaris sempurna. Apanya yang kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun