Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ke Mana Saja Pak Wapres Ma'ruf Amin?

29 Mei 2024   10:17 Diperbarui: 29 Mei 2024   12:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, entah kenapa muncul pertanyaan di kepala saya; Ke mana ya, Pak Ma'ruf? Wapres Indonesia di masa bakti 2019-2024 memang agak jarang tersorot media. Padahal dengan seabgreg tugas di pemerintahan pasti kesibukan tak bisa dilewatkan. Dilapor atau tidak dilaporkan media sama saja, kan sedang bekerja.

Jujur saja, saya termasuk orang yang salut dengan beliau. Di usia 81 tahun masih aktif beraktivitas dan terlihat bugar. Hampir lima tahun mengemban tugas yang super sibuk tak terdengar beliau sakit atau apa. Padahal orang sepuh di sekitar saya, di usia senja terlihat repot.

Terus, ada apa dengan pertanyaan ke mana Pak Wapres?

Semoga pembaca memahami, pertanyaan di atas bukan untuk menyudutkan beliau tapi kepedulian saya sebagai orang biasa, kira-kira apa saja yang sudah dan sedang dikerjakan wakil kami di Istana sana. Apalah daya, rakyat hanya bisa bertanya. 

Setahu saya, beliau ini memang konsen di dunia pergerakan islam. Dunia politik sebenarnya bukan barang baru baginya, sudah dari tahun 70-an berkecimpung di dalamnya. Ketika banyak yang skeptis saat beliau ditunjuk menjadi wakil Pak Jokowi apalagi dengan statusnya kiai-nya, saya justeru memahami karena memang circle di NU dan pergaulan di MUI dekat dengan politik.

Harapan saya sih waktu itu, saat memimpin nanti ada terobosan besar sesuai kapasitasnya, misalnya bagaimana merangkul banyak pegiat dakwahd di media agar tidak menjadikan media arena debat terbuka. Selain tidak ilmiah itu juga kurang mendidik.

Saya pikir, kalau memang berdebat dan tidak satu pikiran soal sesuatu dicarilah tempat untuk berdiskusi. Misalnya juga soal nasab ba'lawi sampai sekarang makin panas saja. Semua orang berbicara yang banyak di antaranya bukan ahlinya. Akhirnya simpang siur dan jadi debat kusir.

Negara di sini membuka ruang untuk diskusi agar tak terjadi polarisasi, baik pro ke mana atau kontra ke mana. Di sini kan negara punya perangkatnya, apalagi Pak Ma'ruf orang yang sangat memahami belantika dakwah.

Bukan mengajari sih, cuma ya, sumbang saran. Hem, gimana menurut pembaca? []

Pandeglang, 29 Mei 2024   10.13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun