Selamat malam Omjay, apa kabar? Selamat malam pula kawan pembaca, ini tulisan saya pertama loh setelah sekian lama bergerilya di blog dan media lainnya. Akhirnya mampir pula di sini, di blog yang banyak melahirkan banyak penulis ini.
Sebenarnya, saya sudah lama tahu kompasisana karena tak sedikit teman-teman saya bergabung di sini. Namun Omjay saya pikir orang yang cukup mempengaruhi saya untuk mampir ke sini. Singgah di sini dan belajar mengecup aroma harus literasi. Kebetulan saya baru selesai membaca tulisan beliau, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan yang Terjadi. Kesan saya, menulis itu memang mudah asal sering dilatih. Setuju saya sama Omjay!
Untuk itu, malam ini saya memberanikan diri menulis di kompasiana dan insya allah tiap hari. Niatnya bukan bersaing dengan Omjay (siapalah daku di banding beliau yang sudah lama aktif dan senior), niatnya belajar dan melatih diri agar lebih produktif.
Soal menulis ini saya juga termotivasi sama guru saya, Mas Gol A Gong. Meskipun super sibuk dengan tugas negara sebagai Duta Baca Nasional yang harus keliling nusantara, di waktu senggangnya beliau masih menyempatkan menulis. Per tahun ada saja buku beliau yang diterbitkan.
Sampai saat ini ada 130 buku beliau yang terbit. Luar biasa sekali. Kepada kami setiap kelas menulis beliau selalu mengajarkan, "Menulis saja, tuliskan apa yang ingin kalian utarakan. Jangan fokus ke teori, terpenting adanya karya dulu baru nanti ngomongin teori."
Bahkan saking semangatnya beliau pernah menantang kami dalam satu minggu menulis novel, terus draf-nya disetor ke beliau. Nanti beliau baca, koreksi dan kalau memungkikan bisa diterbitkan!
Waw, luar biasa.
Masalahnya itu, menulis novel dalam satu minggu tidak semudah makan bubur ayam campur kerupuk. Harus ada proses panjang juga imajinasi yang lumayan melelahkan. Memang novel mini. Hanya 40 halaman. Bisa dibagi 4 bab, Â per bab 10 halaman. Bisa juga 10 bab, per bab 4 halaman. Intinya, harus ada 40 halaman. Tetap saja, kami mundur teratur. Padahal itu kesempatan emas.
Ah, emas harusnya tapi jadinya cuma loyang. Begitulah kami orang yang ingin bisa menulis tapi masih ragu ditantang oleh sastrawan yang terseohor dengan karyanya Balada Si Roy itu.
Di kompasiana ini besar harapan saya lebih aktif, produktif dan kompetitif lagi lah berkarya. Selain karena malu sama Mas Gong juga saya ingin merasakan sensasi menulis tiap hari ala Omjay. Ada pun ujungnya ke mana, ya sudah, gimana Gusti Allah saja.