Kemudian dampak ketergantungan terhadap media sosial perlahan juga mulai meredupkan identitas seseorang yang sebenarnya. Artinya, apa yang mereka anggap sebagai diri mereka di media sosial, juga mereka anggap sebagai diri mereka didalam kehidupan nyata.
Padahal, semua yang mereka anggap sebagai representasi dunia nyata mereka didalam media sosial adalah semu. Mengapa demikian? Silahkan anda mulai amati sendiri.Â
Secara umum, siapapun itu tidak ada yang membatasi untuk menggunakan media sosial, namun jika tidak kita sendiri yang membatasi diri dalam menggunakannya, lalu siapa lagi?Â
Memang tidak ada yang salah dengan mengekspresikan diri sendiri di media sosial, tidak ada yang keliru jika anda masih berada dalam batas kewajaran menggunakannya.
Didalam media sosial, semua orang dari berbagai macam kalangan bercampur aduk, begitupun standar sosial yang mereka konsumsi (lihat, suka, komen) membius mereka agar merealisasikannya dalam kehidupan nyata.Â
Dimulai dari yang paling sering mereka konsumsi itulah, terkadang ketika mereka memproyeksikannya terhadap realita di kehidupan nyata, ada begitu banyak ketidaksesuaian.Â
Maka tidak heran jika orang-orang belakangan ini merasakan ketidakpercayaan diri, insecure, tidak peka dengan lingkungan sekitar dan lain semacamnya.
Oleh sebab itu, marilah gunakan media sosial yang kita miliki dengan bijak. Mulailah dengan konsentrasi kehidupan anda, tujuan, cita-cita dan segala hal yang harus anda lakukan. Bangunlah sendi-sendi persiapan sematang mungkin untuk menghadapi dunia anda yang sekarang dan yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H