Mohon tunggu...
mahpudin
mahpudin Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Ingin Belajar Lebih Baik Lagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

mbs & networking pendidikan

31 Desember 2024   00:06 Diperbarui: 31 Desember 2024   00:06 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

Pendidikan kejuruan di Indonesia telah menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap kerja (Ridwan, 2021; Wardhany et al., 2024). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memainkan peran penting dalam menyediakan keterampilan teknis yang relevan dengan kebutuhan industri (Rahmadani et al., 2023). Namun, tantangan yang dihadapi oleh SMK dalam memenuhi harapan ini cukup kompleks. Salah satu pendekatan yang diharapkan Journal of Education Research, 5(3), 2024, Pages 3170-3180 Journal of Education Research 3171 dapat mengatasi berbagai tantangan tersebut adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah untuk membuat keputusan yang sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan spesifik peserta didik (S. M. Hasibuan, 2021; Nasir et al., 2023).

Beberapa faktor internal yang dapat menjadi kendala dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di sekolah-sekolah dan solusi yang mungkin untuk mengatasinya adalah:

  • Keterbatasan anggaran

Kendala yang sering muncul dalam penerapan MBS adalah terbatasnya anggaran biaya.

  • Minimnya fasilitas

Sekolah yang memiliki fasilitas yang minim juga dapat menjadi kendala dalam penerapan MBS.

  • Kualitas SDM yang rendah

Rendahnya kualitas SDM juga dapat menjadi kendala dalam penerapan MBS.

  • Persepsi masyarakat yang keliru

Persepsi masyarakat yang keliru tentang pendidikan gratis dapat menjadi kendala dalam penerapan MBS.

  • Distribusi tenaga pendidik yang tidak merata

Distribusi tenaga pendidik yang tidak merata juga dapat menjadi kendala dalam penerapan MBS.

  • Latar belakang sosial-ekonomi orang tua siswa

Latar belakang sosial-ekonomi orang tua siswa juga dapat menjadi kendala dalam penerapan MBS.

Solusi yang mungkin untuk mengatasi kendala tersebut adalah:

  • Memberikan pemahaman mengenai MBS kepada orangtua siswa
  • Meningkatkan peran serta pemerintah kabupaten/kota
  • Memberdayakan komite sekolah
  • Memaksimalkan kompetensi dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan
  • Menekankan kedisiplinan
  • Memberikan motivasi
  • Membangun kepercayaan
  • Mengubah paradigma manajemen
  • Menciptakan teamwork

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah suatu pendekatan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola sumber daya dan pengambilan keputusan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam konteks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), implementasi MBS menjadi krusial mengingat peran SMK dalam mempersiapkan siswa untuk masuk ke dunia kerja yang kompetitif.

Dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kendala dan menerapkan solusi yang tepat, sekolah-sekolah dapat lebih efektif dalam menerapkan MBS, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan dan keterlibatan semua pihak di dalamnya.

Masa Depan Networking Pendidikan

Rumah Belajar di Indonesia, sebagai salah satu platform yang menyediakan pembelajaran daring untuk siswa di seluruh negeri, menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks, terutama dalam konteks tren dan isu kontemporer dalam networking pendidikan. Beberapa tantangan tersebut meliputi masalah infrastruktur, akses, kualitas konten, dan ketimpangan digital. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai tantangan-tantangan ini dengan kaitannya terhadap tren dan isu kontemporer dalam dunia pendidikan.

1. Keterbatasan Infrastruktur Internet dan Teknologi

  • Tantangan: Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Rumah Belajar adalah ketidakmerataan infrastruktur internet di seluruh Indonesia. Meskipun wilayah urban memiliki akses yang lebih baik, banyak daerah pedesaan dan terpencil yang masih kesulitan untuk mendapatkan konektivitas internet yang stabil dan cepat.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Digital Divide (Kesenjangan Digital): Kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan terus menjadi isu besar dalam pendidikan daring. Hal ini menciptakan ketimpangan dalam akses ke sumber daya pembelajaran online yang berkualitas.
    • Smart Cities and Internet of Things (IoT): Meskipun ada perkembangan pesat dalam teknologi IoT dan konsep smart cities di beberapa daerah, sebagian besar wilayah Indonesia masih belum menikmati manfaatnya, sehingga akses pendidikan daring menjadi terbatas.
    • 5G dan Jaringan Fiber Optik: Tren peningkatan jaringan 5G dan fiber optik di beberapa daerah kota besar masih belum dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Penerapan jaringan internet cepat di daerah pedesaan menjadi prioritas yang belum sepenuhnya terpenuhi.

2. Ketimpangan Akses ke Perangkat Teknologi

  • Tantangan: Meskipun semakin banyak siswa yang memiliki akses ke internet, banyak dari mereka yang tidak memiliki perangkat yang memadai untuk mengakses pembelajaran daring, seperti laptop, tablet, atau smartphone yang cukup canggih.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Perangkat sebagai Kebutuhan Dasar: Dalam era pendidikan digital ini, perangkat yang memadai menjadi kebutuhan dasar untuk pembelajaran daring. Tanpa perangkat yang tepat, siswa tidak dapat mengakses materi pembelajaran secara optimal.
    • BYOD (Bring Your Own Device): Tren ini berkembang di beberapa sekolah, tetapi di Indonesia, implementasinya masih terbatas karena masalah ekonomi yang menghambat sebagian siswa untuk membeli perangkat yang sesuai.
    • Edukasi Digital dan Literasi Teknologi: Meningkatkan literasi digital tidak hanya membutuhkan akses ke perangkat, tetapi juga keterampilan dalam menggunakan teknologi secara efektif. Hal ini menjadi tantangan besar bagi keluarga dengan keterbatasan sumber daya.

3. Kualitas dan Relevansi Konten Pembelajaran Daring

  • Tantangan: Meskipun Rumah Belajar dan platform lainnya menyediakan konten pembelajaran daring, kualitas dan keberagaman materi seringkali tidak sebanding dengan kebutuhan dan konteks lokal siswa. Materi yang disediakan mungkin tidak selalu up-to-date atau tidak mencakup berbagai gaya belajar siswa.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Personalisasi Pembelajaran (Personalized Learning): Saat ini, ada tren menuju pembelajaran yang lebih dipersonalisasi, yang mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Namun, banyak platform pembelajaran daring di Indonesia yang belum sepenuhnya mengakomodasi aspek ini, sehingga pembelajaran terasa kurang relevan bagi banyak siswa.
    • Gamifikasi dan Pembelajaran Interaktif: Pembelajaran yang menarik dan interaktif, seperti penggunaan game dalam pendidikan (gamification), mulai menjadi tren global. Tetapi, di Indonesia, penerapan metode ini masih terbatas karena keterbatasan dana dan sumber daya.
    • Open Educational Resources (OER): Rumah Belajar perlu mengembangkan dan mengakses sumber daya pendidikan terbuka yang lebih berkualitas dan dapat digunakan oleh semua siswa di seluruh Indonesia, tanpa terkendala biaya atau hambatan akses.

4. Keterbatasan Keterampilan Digital Guru

  • Tantangan: Meskipun banyak guru yang terlibat dalam pembelajaran daring, banyak yang masih kekurangan keterampilan teknis yang memadai untuk mengelola kelas daring secara efektif. Guru perlu dilatih dalam penggunaan platform pembelajaran, pengelolaan kelas virtual, dan penyampaian materi secara daring.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Professional Development dan Pembelajaran Berkelanjutan: Meningkatnya kebutuhan akan pengembangan profesional bagi guru dalam dunia pendidikan digital adalah isu yang sangat relevan. Pelatihan intensif dalam penggunaan teknologi pendidikan dan perangkat digital perlu dilakukan secara lebih masif.
    • Blended Learning dan Flipped Classroom: Tren pembelajaran campuran (blended learning) dan flipped classroom menjadi semakin populer di tingkat global. Namun, banyak guru di Indonesia yang belum siap atau terlatih untuk menerapkan model-model ini, sehingga dampaknya terhadap pembelajaran masih terbatas.

5. Keterbatasan Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran

  • Tantangan: Salah satu isu besar dalam pembelajaran daring adalah pengawasan yang terbatas terhadap siswa. Tanpa kehadiran fisik di kelas, sulit bagi guru untuk memantau sejauh mana siswa memahami materi atau berinteraksi dengan pembelajaran.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Data-driven Education: Tren penggunaan data dalam pendidikan untuk memantau kemajuan siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sedang berkembang. Rumah Belajar dapat memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data tentang kemajuan siswa, tetapi implementasi yang efektif memerlukan infrastruktur yang lebih kuat.
    • AI dan Pembelajaran Adaptif: Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan pembelajaran adaptif yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu siswa adalah tren yang semakin berkembang di dunia pendidikan. Namun, penerapan AI dalam pembelajaran daring di Indonesia masih sangat terbatas.

6. Masalah Sosial dan Ekonomi

  • Tantangan: Selain masalah infrastruktur, masih banyak siswa yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial-ekonomi rendah yang kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring. Mereka seringkali menghadapi hambatan ekonomi yang menghalangi mereka untuk membeli perangkat atau mengakses internet.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • Pendidikan Inklusif: Isu pendidikan inklusif semakin diperhatikan di dunia pendidikan global. Pendidikan daring harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Program subsidi perangkat atau akses internet murah dapat membantu mengurangi kesenjangan ini.
    • Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kemitraan: Banyak perusahaan mulai memperkenalkan program CSR mereka yang mendukung pendidikan, termasuk dalam hal penyediaan perangkat atau akses internet bagi siswa kurang mampu. Namun, ini masih belum menyeluruh di Indonesia.

7. Perubahan Paradigma Pembelajaran

  • Tantangan: Pembelajaran daring membutuhkan perubahan paradigma baik dari siswa, guru, maupun orang tua. Kebiasaan lama yang mengutamakan pembelajaran tatap muka perlu bertransformasi untuk mengakomodasi cara baru dalam belajar dan mengajar.
  • Relevansi dengan Tren dan Isu Kontemporer:

    • EdTech dan Transformasi Digital: Tren global dalam transformasi digital di dunia pendidikan memaksa berbagai platform pendidikan untuk beradaptasi. Rumah Belajar harus terus berinovasi dengan menggunakan teknologi terbaru untuk mendukung perubahan paradigma ini.
    • Learning Analytics: Menerapkan analitik pembelajaran untuk memahami pola belajar siswa secara lebih mendalam adalah tren yang berkembang pesat. Rumah Belajar perlu mengadopsi teknologi ini untuk menilai efektivitas metode pembelajaran daring yang diterapkan.

Rumah Belajar di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menyediakan pembelajaran daring bagi siswa di seluruh negeri, terutama dalam konteks tren dan isu kontemporer dalam networking pendidikan.

Berikut adalah analisis mendalam mengenai tantangan tersebut:

1. Ketimpangan Akses Teknologi
Salah satu tantangan terbesar adalah ketimpangan akses terhadap perangkat teknologi dan internet. Banyak siswa, terutama yang berasal dari daerah pedesaan dan keluarga kurang mampu, tidak memiliki perangkat seperti komputer atau smartphone yang memadai untuk mengikuti pembelajaran daring

Keterbatasan ini menciptakan kesenjangan dalam kesempatan belajar, di mana siswa di kota besar lebih mudah mengakses sumber daya pendidikan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah terpencil.

2. Koneksi Internet yang Tidak Stabil
Kualitas jaringan internet yang buruk juga menjadi masalah signifikan. Di banyak daerah, koneksi internet tidak hanya lambat tetapi juga sering terputus, yang menghambat proses pembelajaran daring

Hal ini membuat siswa kesulitan untuk mengikuti kelas secara real-time atau mengakses materi pembelajaran secara efektif.

3. Kurangnya Keterampilan Digital
Banyak guru dan siswa belum terampil dalam menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran. Peralihan mendadak dari metode tatap muka ke daring selama pandemi COVID-19 membuat banyak pihak terpaksa belajar menggunakan aplikasi dan platform baru dengan cepat

Keterbatasan ini berdampak pada efektivitas pengajaran dan pemahaman materi oleh siswa.

4. Metode Pembelajaran yang Tidak Interaktif
Pembelajaran daring sering kali kurang interaktif dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Siswa merasa sulit untuk berpartisipasi aktif, bertanya, atau berdiskusi dengan guru dan teman sekelas. Hal ini dapat mengurangi motivasi belajar dan membuat siswa merasa terasing.

5. Gangguan Lingkungan Rumah
Lingkungan belajar di rumah sering kali tidak kondusif. Banyak siswa menghadapi gangguan dari aktivitas keluarga atau kondisi fisik ruang belajar yang tidak memadai. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dapat mengurangi efektivitas pembelajaran daring.

6. Dukungan Orang Tua yang Minim
Banyak orang tua yang tidak dapat mendampingi anak-anak mereka selama proses belajar daring karena harus bekerja atau kurang memahami teknologi

. Tanpa dukungan tersebut, siswa mungkin merasa kehilangan arah dalam belajar dan kesulitan menyelesaikan tugas.

Dalam konteks networking pendidikan, tantangan-tantangan ini menunjukkan perlunya integrasi teknologi yang lebih baik dalam sistem pendidikan Indonesia. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini:

Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, Rumah Belajar dapat lebih efektif dalam menyediakan pendidikan daring yang berkualitas bagi semua siswa di Indonesia, menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Rumah Belajar dan platform pembelajaran daring lainnya di Indonesia menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam menyediakan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan dapat diakses oleh seluruh siswa, terutama yang berada di daerah terpencil. Mengatasi masalah seperti kesenjangan digital, keterbatasan perangkat, serta kualitas dan relevansi konten adalah hal yang krusial. Dengan mengikuti tren teknologi pendidikan yang berkembang, seperti penerapan AI, pembelajaran adaptif, dan penggunaan data untuk analisis kemajuan siswa, Rumah Belajar dapat berperan lebih efektif dalam menciptakan akses pendidikan yang lebih merata di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun