Mohon tunggu...
Mahowa Fathor
Mahowa Fathor Mohon Tunggu... Aktor - jalani nikmati sesali

alhamdulilah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Aku

2 Desember 2019   15:08 Diperbarui: 2 Desember 2019   15:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah 1 tahun lebih gue pacaran sama bella. Dan sifat aslinya mulai Nampak seiring berjalannya waktu. Gue udah gak tau harus bagaimana lagi untuk menyikapinya. Seolah-olah dia itu adalah gabungan dari semua gebetan yang gue benci.

"Angga, kamu mau gak anterin aku ke mall beli baju?" katanya berbicara di telfon.
"tapi kan baju kamu udah banyak" jawab gue ngeluh.
"baju aku itu sedikit, kamu emang gak ngeliat di rumah aku, Cuma 1 lemari ga, 1 lemari. Terus..."
Tut tut tut.
Gue langsung mematikan handphone. Kalau dia berbicara entah menghabiskan waktu berapa lama untuk mendengar ocehannya itu. Sifatnya yang boros itu perlahan-lahan muncul. Padahal saat kami berpacaran dulu, dia tidak seboros ini.

"bel, kamu mau aku beliin apa? boneka? cincin? atau apa terserah kamu" tanyaku yang berjalan di sampingnya itu.
"nggak usah ga, aku gak mau ngerepotin kamu, mending uang kamu disimpan aja buat tabungan untuk masa depan kita nanti" jawabnya sambil tersenyum kecil.
Seketika wajah gue saat itu memerah seperti kulit hellboy.
Tetapi nyatanya dia tidak seperti yang gue harapkan.

"kok kamu mutusin teleponnya sih!" ucapnya saat gue baru membalas teleponnya.
"tadi tiba-tiba tower sinyal di dekat rumah aku rubuh, jadi mati deh." Jawab gue mencari alasan.
"kamu nih ya kalau ngomong sama aku selalu begitu, kamu emang gak tau saat kita dulu..."
Tut tut tut.
Ternyata tower sinyal di dekat rumah gue benar-benar rubuh.

Tidak hanya boros, bella orang yang sangat cerewet. Beda ketika kita pdkt dulu. Dia sangat pendiam dan pemalu, seperti gadis desa. Tetapi nyatanya sekarang dia lebih mirip dengan raja terakhir di resident evil. Cerewet dan kejam.

Kami menjalani hubungan ini sudah tidak seperti dulu lagi. Diawal pacaran kami sangat bahagia sekali, seperti anak kecil yang mendapat uang dari sisa belanja ibunya. Kami berdua sering nonton bareng, jalan bareng, bahkan tidur bareng. Tetapi beda rumah loh.

Perlahan-lahan gue mulai berpikir bahwa gue ingin putus dari bella. Tapi gue mengambil jalan yang salah. Gue tidak putus dengan dia. Tetapi gue mencoba untuk selingkuh.
Gue tau kalau itu salah. Tetapi entah kenapa hati gue berkata lain. Gue berpikir selama bella gak tau gue selingkuh, kayaknya gak apa-apa gue melakukan itu. Dan ternyata gue salah besar.

Bella mulai merasa aneh dengan tingkah laku gue belakangan ini. Seolah-olah dia tau kalau gue selingkuh dari dia. Memang pada saat itu gue sedang dekat dengan teman sekelas gue di kampus. Dia mirip sekali seperti bella saat gue pdkt dengannya dulu.

"aku pinjam handphone kamu dong" ucap bella yang tiba-tiba memecah keheningan.
"Kamu kan ada handphone, ngapain pinjam handphone aku segala" jawab gue cuek sambil terus menyetir.
"kan aku mau liat doang, kamu selingkuh ya?"
Gue langsung kaget. "kok kamu bilang gitu sih, kamu gak percaya sama aku".
"Aku baca di majalah wanita kalau ciri-ciri orang selingkuh itu nggak mau minjemin handphone ke pacarnya, kayak kamu nih"
"Masa kamu percaya sih sama majalah begituan" jawab gue agak panik. Kalau dia tau gue selingkuh bisa gawat. Gue mulai melihat di sekeliling. Berharap tidak ada benda yang tajam, jadi kalau dia marah dia tidak menusuk-nusuk mata gue.

"sini handphone kamu", dia mengambil handphone gue dengan paksa, yang pada saat itu gue taruh di kantong celana gue.
"kamu ngapain sih? ini aku lagi nyetir tau, nanti bisa celaka" ucap gue sambil mulai melakukan gerakan-gerakan agar dia tidak bisa mengambil handphone gue.
"aaahhhh..., hati-hati kamu salah megang nanti" teriak gue dengan pasrah. Jika gue melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu lagi, gue takut nanti berakhir dengan tragis. Akhirnya gue pasrah dia mengambil handphone gue.

"nahh dapet, aku mau liat apa yang kamu sembunyiin dari aku" jawab dia dengan semangat.
"gak ada kok sayang, beneran deh, percaya aja sama aku" jawab gue yang mencoba agar dia tidak melihat chatting gue sama anggun.
Gue mulai panik. Kali ini gue terus berpikir alasan apa yang akan gue bilang ke dia. Pikiran gue saat itu campur aduk.

Kami berdua terdiam. Gue mencuri-curi pandang ke bella dan melihat kalau dia tidak menemukan chattingan gue sama anggun. Tiba-tiba saja air mata bella mengalir.
"kok kamu tega sih sama aku" ucapnya dengan tersedu-sedu, air matanya perlahan-lahan keluar.
"tega gimana sih maksud kamu? aku gak ngerti deh". Jawab gue dengan wajah yang bego, seakan-akan gue gak tau apa yang terjadi.
"Ini siapa..? kok kamu chattingannya mesra gini, kamu kok berani sih selingkuhin aku!!" teriak dia sambil menangis.
Pikiran gue saat itu sangat kacau, gue udah gak tau harus ngomong apa lagi. "itu nenek aku bella.." jawab gue panik.
"masa kamu chattingan sama nenek kamu mesra gini, lagian nenek kamu kan udah meninggal."
"dia bangkit lagi".
Kami bertengkar sangat lama pada saat itu. Bahkan gue lupa ke mana tujuan gue dengan bella saat itu. Gue hanya mengendarai mobil tanpa arah tujuan. Gue mulai menjelaskan ke dia, kenapa gue selingkuh.

"Kenapa kamu gak bilang ke aku aja sih, kenapa harus dengan cara selingkuh" jawab dia dengan pelan. Air matanya perlahan mulai berhenti.
"iya maaf. Aku salah, gak seharusnya aku selingkuhin kamu" ucap gue dengan rasa yang sangat bersalah.
Kami terdiam sejenak.

Dan bella pun membuka suaranya. "kayaknya kita putus aja deh, kita udah gak bisa lanjut".
Gue terdiam. Saat itu gue tidak berbicara apa-apa. Dan bahkan gue tidak membela diri ataupun menjawab keputusan bella itu. Suasana sangat hening dan hanya terdengar rintik hujan. Gue langsung mengantarnya ke rumah. Bahkan kami sudah lupa ke mana tujuan kami sebenarnya.

Bella masuk ke rumah tanpa berkata satu kata pun. Dan gue mengendarai mobil gue lagi untuk pulang ke rumah. Selama perjalanan gue mulai berpikir, betapa kejamnya gue. Bahkan gue merasa bahwa gue yang sangat kejam terhadapnya. Dan gue terus menyesali perbuatan gue ini.

Sampai di rumah. gue mulai membuka handphone gue. Melihat chattingan gue dengan anggun. Terlintas di pikiran gue, dalam hati gue terus berkata kenapa gue tega melakukan ini.

Gue mencari-cari kontak bella dan mencoba untuk meneleponnya, dan dia tidak menjawab. Gue mencoba untuk mengirimnya pesan. Dan Meminta maaf kepadanya. Gue menghadap ke langit-langit kamar, sambil menunggu balasan dari bella. Berharap dia bisa memaafkan gue. Dan mengulang kembali hubungan ini. 

KARANGAN BY: Fahrizal Sukardi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun