MENYONGSONG pemberlakuan kurikulum merdeka, lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Muhajirin Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu proaktif mendorong para siswa dan perangkat tenaga pendidiknya untuk terlibat langsung dalam kegiatan holistik di tengah masyarakat.
Hal ini direalisasikan di Malam Peringatan Isra' Wal Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW pada Sabtu (18/02/2023) malam di Masjid Jami' Rahma Leuwehe Desa Hingalamamengi Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata NTT.
Semua rangkaian acara ditangani langsung oleh para siswa mulai pembawa acara, pembawa hikmah Isra' Wal Mi'raj, pembaca Qalam Ilahi sampai kepada akomodasi acara pembacaan doa arwah yang dilakukan sejurus selepas itu.
Sebagaimana diketahui, kurikulum merdeka mengamanatkan bahwa pendidikan semestinya dilakukan secara holistik. Nah, seperti apa sih pendidikan berbasis holistik itu? Pendidikan holistik merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis yang meliputi potensi intelektual, emosional, phisik, sosial, estetika, dan spiritual. Pendidikan holistik juga sering disebut pendidikan utuh.Â
Pendidikan utuh adalah pendidikan yang mengembangkan siswa menjadi insan yang utuh, semua segi kehidupannya dinamis dan berkembang. Semestinya, pendidikan bukan hanya mengembangkan sisi intelektual semata, tetapi juga harus mengembangkan sisi sosial, moral, spiritual, sisi fisik, estetis, dan sisi ekologis.
Pendidikan juga bukan hanya mengembangkan sisi kognitif, tetapi afektif dan psikomotorik siswa.
Selain itu kurikulum merdeka juga mengamanatkan bahwa sisi sosial, spiritual, estetis, afektif, psikomotorik dan yang lainnya, tidak dapat secara lengkap dan maju bila hanya terpaku di dalam kelas atau dalam intrakurikuler saja. Memang di kelas atau dalam kegiatan intrakurikuler, selain siswa mengembangkan sisi kognitif, siswa dapat dilatih dengan kegiatan yang praktis diantaranya mereka dapat melakukan praktikum, dapat bekerja sama dengan teman sehingga sisi sosialnya berkembang.
Mereka dapat diajak untuk mengembangkan sensitivitas dengan mengalami hidup bersama teman dan guru. Namun, tetap ada keterbatasan bila hanya dilakukan di kelas atau dalam kegiatan intrakurikuler.
Dalam terapan kurikulum merdeka, siswa dan tenaga pendidik juga tenaga kependidikan diajak untuk melakukan demonstrasi langsung materi yang diberikan di tengah-tengah kehidupan sosial.