Mohon tunggu...
Mahmud Khabiebi
Mahmud Khabiebi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, suka menulis

Masih kuliah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Harvey Dent, Charles Bukowski, dan Pepatah Jawa

21 Agustus 2023   08:02 Diperbarui: 21 Agustus 2023   08:08 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Film The Dark Knight (2008) merupakan karya Christopher Nolan yang fantastis. Terlepas dari kematian Heath Ledger, film ini benar-benar menjadi karya monumental Nolan yang masih terus diperbincangkan hingga kini. Bahkan, disebut sebagai film superhero terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb.

Banyak hal dari film ini yang tidak akan dilupakan. Salah satunya adalah penggalan kalimat yang diucapkan Harvey Dent di hadapan Rachel Dawes dan Bruce Wayne,

"You either die as a hero, or live long enough to see yourself became the villain."

Kalimat ini kemudian menjadi meme fenomenal di jagad maya yang digunakan untuk menggambarkan betapa tipisnya garis pembatas antara pahlawan dan penjahat. Harvey Dent mungkin akan mati jika tidak diselamatkan Batman. Namun kematiannya akan dihargai warga Gotham dan sosoknya akan dielu-elukan sebagai pahlawan.

Batman menyelamatkannya, lalu yang terjadi berikutnya adalah Harvey Dent menjadi seorang penjahat setelah mengetahui kematian Rachel Dawes.

Perkembangan karakter Harvey Dent dalam film ini memang terlalu literal. Namun di dunia nyata kita sering melihat fenomena serupa. Misalnya ketika kita mengelu-elukan Jokowi sebagai walikota Solo yang bersahaja. Kini, setelah dua periode memimpin negara, beberapa pihak menganggap Jokowi sebagai biang kerok dari berbagai masalah yang terjadi.

Mungkin saja Jokowi akan tetap dianggap sebagai 'Hero' jika petualangan politiknya selesai di Solo. Potret kesederhanaannya akan terus diputar berulang-ulang dan meme Yntkts tidak akan pernah ada.

Di sisi lain, kita tidak pernah mengetahui perasaan Harvey Dent maupun Jokowi ketika membuat keputusan. Harvey Dent mentalnya terpengaruh kematian Rachel. Sedangkan Jokowi, menurut ketum PDIP, adalah seorang petugas partai. Keputusan Harvey untuk menjadi vigilante dan keputusan Jokowi untuk melanjutkan karir politik di Jakarta belum tentu merupakan kehendak hati nurani keduanya.

Peristiwa serupa juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita memutuskan sesuatu berdasarkan tekanan dari luar. Misalnya ketika beberapa tahun yang lalu ramai orang-orang membenci anime dan musik Korea. Sekarang, mereka berbalik menjadi fans anime yang juga menyukai grup idola dari Korea.

Sejalan dengan fenomena ini, Charles Bukowski, seorang penulis kenamaan asal Amerika Serikat yang hidup pada abad 20 

"Are you becoming what you've always hated?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun