Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Hikmah Bekerja di Lapangan saat Ramadhan

30 Maret 2023   15:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   15:29 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan memberikan banyak hikmah. Ini terkait para teman-teman kita yang bekerja khususnya di lapangan. Cerita ini tentu menjadi ingatan penulis, karena ada yang bisa kita ambil hikmahnya.

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2019 penulis di PHK dari tempatnya bekerja. Bagi yang masih membujang mungkin tak ada masalah, namun buat yang telah berumah tangga tentu akan bermasalah. Apa lagi yang memiliki anak yang sekolah.

Ketika itu banyak sudah CV yang dikirimkan ke tempat yang sekiranya ada lowongan pekerjaan, tetapi memang belum rezeki. Suatu ketika ada tawaran pekerjaan dari seorang teman, yang bekerja di proyek. Tentu kita berpikir, Ah daripada nganggur mending ambil aja deh. Ku terima tawaran tersebut.

Baca juga: Hikmah Tahun Ini

Esoknya ku pergi ke tempat proyek yang ditawarkan temanku, jujur saja secara pribadi tidak punya skill mengenai kerja di proyek. Waktu itu pas ketika awal Ramdhan, antara siap gak siap ku paksakan melangkah ke proyek. Sesampainya di sana, ku coba menemui mandor proyek. Info dari yang bekerja di sana, mandor ada di warung tegal. Ku pergi ke Warteg yang dekat proyek, benar saja mandornya ada di warung tersebut terlihat lagi menyeruput kopi sambil merokok.

Aku tak peduli, puasa urusan masing-masing. Yang penting Aku bekerja. Setelah di beritahu apa saja yang mesti ku kerjakan, segera ku bekerja sesuai perintah mandor. Panasnya hari itu terasa hingga tenggorokanku kering kehausan. Waktu istirahat tiba jam 12 siang, ku tanyakan dimana ada masjid atau musholla yang terdekat. Sambil menyusuri jalan menuju tempat shalat, Aku melewati warung nasi yang tadi pagi bertemu mandor. Di sana terlihat para pekerja proyek sudah duduk sambil menikmati makan siang mereka. Hampir semua pekerja tidak puasa. Aku tetap berpikir positif, mungkin ini ujian buat Aku. Selesai shalat Aku rebahan sebentar dan tertidur.

Tiba-tiba Aku dibangunkan sang mandor. Ia meminta melanjutkan pekerjaan yang tadi pagi ditugaskan. Dengan sedikit lemas Aku bangkit dan cuci muka lalu segera ke tempat kerja. Dalam hati Aku berdoa, Ya Allah ampuni dosaku, beri kekuatan dalam menjalani pekerjaan ini.

Sambil berzikir ku lanjutkan pekerjaanku. Tak terasa sudah sore, jam 5 Aku pulang mengendarai motorku. Di jalan banyak ku temui para pekerja baik di proyek maupun para kurir pengantar barang. Mereka asik nongkrong sambil minum dan merokok. Aku berpikir, mungkin inilah ujian puasa ketika bekerja di area lapangan seperti proyek dan kurir. Semoga Aku kuat berpuasa.

Sesampai di rumah, hidangan berbuka yang sederhana telah tersedia. Teh manis hangat dan gorengan, Alhamdulillah. Istri bertanya  mengenai bekerja di proyek, Ku ceritakan semua termasuk ujian puasa ketika bekerja di proyek. Istri menguatkan diriku,agar tetap tak tergoda. Meski letih dan lemas, tetap untuk berpuasa.

Selesai berbuka dan shalat Maghrib, Aku duduk di teras depan. Sambil berpikr, kira-kira Aku kuat tidak ya melanjutkan kerja di proyek?. Semakin dipikirkan semakin kepikiran, Aku ragu untuk melanjutkan kerja di Proyek. Aku ambil keputusan untuk berhenti saja.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, temanku menelpon. Ada berita baik, temanku menawarkan pekerjaan di rumah makan. Alhamdulillah. Setidaknya Aku tak terasa lelah berpanas-panasan seperti ketika kerja di proyek. Ku beritahu istriku, mulai besok Aku bekerja di rumah makan.

Rumah makan cukup besar, selama Ramadhan buka dari jam 1 siang. Dan Siang itu Aku mulai bekerja di sana. Selain gaji yang lumayan termasuk uang transport juga dapat jatah makan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun