UMKM merupakan jawaban untuk menghadapi resesi
Benarkah?? Yuk kita sama-sama telusuri kebenarannya. Sebelum bicara UMKM ada baiknya kita bahas tanda-tanda ancaman resesi global terhadap Indonesia.
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
1.Permintaan ekspor product jadi menurun. Komoditas produk jadi seperti kerajinan, tekstil, sepatu dan furniture. Terutama permintaan dari Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok.
2.Pertumbuhan ekonomi melambat, yang semula proyeksi 5,1 -- 5,3 % kini menjadi 4,5 -- 4,7 %.
3.Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, CPO dan logam dasar.
4.Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.
5.Kenaikan suku bunga di negara-negara maju menyebabkan aliran modal ke luar negeri.
Lalu apa yang akan di lakukan Pemerintah selanjutnya??
Penyelamatan ekonomi di Indonesia akibat resesi global diantaranya adalah:
1.Memperkuat ekonomi domestik melalui UMKM.
2.Memperbanyak ekspor.
3.Mengurangi impor yang tidak perlu.
4.Mempertebal bansos untuk menjaga daya beli masyarakat miskin.
5.Menghemat anggaran dengan menghentikan proyek-proyek berbiaya tinggi.
6.Mengembangkan energi hijau.
MEMPERKUAT EKONOMI DOMESTIK MELALUI UMKM
UMKM sektor usaha merupakan tombak utama perekonomian negara. Indonesia memiliki potensi industri kreatif yang besar melalui produk-produk lokal.
Dalam memenuhi janji-janjinya, Wali kota Depok Muhammad Idris dan Wakil Wali Kota Imam Budi Hartono telah mencanangkan Wira Usaha Baru (WUB). Peserta WUB merupakan pemilik usaha di daerah Depok, baik yang kuliner, jasa juga di bidang lainnya.
Untuk kuliner banyak di minati para pelaku usaha, terlebih ibu-ibu. Hampir 90% peserta WUB merupakan wanita. Ini berarti perempuan-perempuan tangguh yang memiliki usaha untuk kemajuan diri dan keluarganya.
Pelatihan-pelatihan dilakukan peserta WUB, termasuk pendampingan usaha juga adanya klinik bisnis. Gunanya tentu selain merubah mindset UKM yang berpotensi untuk ikut menopang perekonomian Daerah juga dapat mengembangkan usaha yang maju dan lebih baik.
Adanya pendamping itu sangat penting, tanpa pendamping prosentasi training hanya 20% saja. Sebab peserta ada yang benar sungguh-sungguh belajar dan ada yang tidak. Oleh karenanya dengan adanya pendampingan maka mampu mengarahkan peserta UKM memiliki omzet yang lebih baik.
Peserta WUB di ajarkan bagaimana mengelola bisnis dengan baik, dari penghitungan omzet, profit dan lain-lain. Selain itu dilatih dalam membidik calon konsumen yang tepat, seperti segmentasi, target dan posisi sehingga target produknya tepat sasaran.
Produk yang kita hasilkan mampu menunjukkan kelebihan baik dari kelebihan fisik, unik serta emosional.
Untuk marketing, selling dan branding suatu produk juga di latih.
Pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan ilmu dan wawasan dalam usaha, mampu memberikan peluang dan kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Terlebih beberapa hari yang lalu dilaksanakan pelatihan Digital Marketing.
Mengenai pembuatan legalitas, label halal, modal, perizinan dan lain lain di permudah dan di bantu pembuatannya.
Market place juga penggunaan media sosial serta jual beli digital ikut di latih dan di ajarkan. Mengenai foto produk agar menarik konsumen, design juga diberi ilmunya.
Bahkan yang terpenting bagaimana pelaku usaha mampu bertahan dari segala sisi dan kemungkinan yang akan terjadi seperti adanya Resesi.
Hampir 97% masalah lapangan pekerjaan dapat di atasi dengan adanya UMKM.
UMKM adalah obat mujarab dalam menghadapi resesi.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI