ADA SURGA DI RUMAH KITA
Kondisi anak pertamaku semakin memburuk, setelah panasnya tak turun-turun hingga aku merasa bingung untuk mengatasinya. Segala upaya kami coba untuk menyembuhkan anak, yang akhirnya kami membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Jumat pagi kami antar ke Rumah Sakit, langsung ke Unit Gawat Darurat.
Siang sesaat sebelum azan salat jumat berkumandang, tergopoh-gopoh seorang tetanggaku menghampiri diriku yang sudah sedari tadi duduk di dalam masjid. Aku menoleh ketika Pak Zompi tetanggaku menepuk pundakku sambil berbisik, Pak bisa keluar sebentar?. Dalam hati aku bertanya-tanya ada apa gerangan rupanya. Kuikuti kemauan tetanggaku itu untuk keluar masjid, ia menjelaskan sedikit alasan kenapa diriku di ajak keluar. Aku mengangguk tanda mengerti sambil mengiringinya ke halaman masjid menuju motornya yang di parkir tak jauh dari pintu keluar.
Sesampainya dirumah, tetanggaku yang lain sudah berkerumun. Salah satu tetanggaku menghampiri sambil memegang hand phone miliknya seraya mendekatkan ke telingaku. Nan jauh disana terdengar suara yang tak asing, dialah suara istriku sendiri. Ia mengatakan kabar duka tentang ibuku, siang ini di panggil Allah SWT. Istriku di Rumah Sakit menjaga anak pertamaku yang sakit, sementara hand phone ku sedang di charger karena lowbat.
Lemas seluruh badanku, bergegas aku ke tempat orang tuaku yang rumahnya tak jauh dari masjid. Ibuku sudah hampir setahun sakit, tidak bisa ke mana-mana karena kondisinya tidak memungkinkan untuk keluar rumah. Majelis taklim yang biasa ibuku ikuti juga sudah lama tak dihadirinya. Usia yang kian menua serta sakit yang di deritanya membuat ibuku membatasi kegiatan di luar rumah.
Aku teringat suatu ketika ibuku meminta di periksa ke Dokter, kakinya sedikit bengkak, badan kian kurus karena makan yang kurang. Sementara ia hanya bisa tiduran di kasur, tak kuat untuk berjalan. Buang air kecil dan besar pun kami bantu memapahnya ke kamar mandi. Mobil jemputan dari transportasi online sudah di depan gerbang rumah orang tuaku. Aku memapahnya menuju mobil dibantu adik perempuanku. Semua peralatan dan perbekalan ke Rumah Sakit sudah disiapkan. Rencana hari itu ingin mengecek kondisi kesehatan ibuku di Laboratorium.
Dokter menyarankan ibuku sebaiknya dirawat inap. Aku menyetujui namun adik-adikku melarang karena tujuan hari itu ke Dokter hanya periksa di Laboratorium. Padahal aku tahu persis bahwa ibu harus di rawat inap, karena melihat kondisi ibu yang kian melemah. Akhirnya terpaksa aku bawa pulang kembali ke rumah. Aku sempat bersitegang dengan adik-adikku tentang kondisi ibu yang mestinya di rawat inap bukan rawat jalan. Akhirnya kami sepakat pekan depan ibu di rawat inap bila tidak ada perubahan. Qadarallah, belum sempat di rawat inap ibuku telah dipanggil Yang Kuasa.
Ibu, sosok yang sangat aku banggakan. Perhatian dan kasih sayangnya begitu besar, terlebih pengorbanannya buat anak-anak tercinta. Dialah pintu surga buat kami, anak-anaknya. Jasanya tak mampu kami balas seberapa pun.
Kini kami kehilangan salah satu pintu menuju surganya Allah. Yang kini kami hanya mampu mendoakan yang terbaik untuknya. Â
 IBU MADRASAH PERTAMA DALAM KELUARGA
Peran seorang ibu sangat penting bagi keluarga, pendidik pertama bagi anak-anaknya. Dari anak masih dalam kandungan, ibu dengan kasih dan sayangnya dalam bentuk memberi bimbingan melalui melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an bahkan memperdengarkan murottal diperutnya.