Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) 2024 merupakan salah satu proses rekrutmen yang dinanti oleh banyak masyarakat Indonesia. Setiap tahunnya, proses seleksi ini melibatkan ribuan hingga jutaan peserta yang bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai aparatur negara.
 Dengan skala seleksi yang besar dan pentingnya peran ASN dalam pemerintahan, maka penting untuk memastikan bahwa seluruh tahapan seleksi dilaksanakan secara transparan dan objektif. Namun, dalam praktiknya, muncul sejumlah pertanyaan tentang objektivitas panitia seleksi, khususnya pada CASN 2024.
Objektivitas merupakan prinsip dasar dalam proses seleksi CASN. Setiap peserta harus diperlakukan sama dan dinilai berdasarkan kompetensi serta kelayakannya tanpa adanya faktor eksternal yang memengaruhi penilaian, seperti nepotisme, korupsi, atau pengaruh politik.
Objektivitas ini menjadi landasan dalam mewujudkan ASN yang profesional, berkualitas, dan berdedikasi tinggi untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan.
Tanpa adanya objektivitas, hasil seleksi berpotensi menghasilkan ASN yang tidak kompeten, yang pada akhirnya dapat merugikan pelayanan publik dan pemerintahan. Oleh karena itu, memastikan objektivitas dalam proses seleksi menjadi sangat krusial untuk menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah dan kualitas ASN yang dihasilkan.
Dalam konteks CASN 2024, sejumlah isu mengenai objektivitas mulai mencuat. Salah satunya adalah potensi adanya konflik kepentingan di kalangan panitia seleksi. Bukan tanpa dasar tapi memang banyak kejadian hasil seleksi panitia diluar nalar sehingga banyak peserta TMS meski sudah mengapload dokumen sesuai prosedur dari intansi yang bersangkutan.
Panitia seleksi terdiri dari berbagai elemen, baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun pihak eksternal yang dilibatkan.Â
Dalam beberapa kasus, muncul kekhawatiran bahwa anggota panitia seleksi mungkin memiliki keterkaitan pribadi atau afiliasi dengan peserta seleksi tertentu, sehingga berpotensi memengaruhi hasil seleksi secara tidak adil.
Selain itu, transparansi dalam tahapan seleksi juga menjadi sorotan. Meskipun secara prosedural, seleksi CASN telah dirancang dengan sistem berbasis komputer (Computer Assisted Test atau CAT) yang seharusnya meminimalkan intervensi manusia, masih ada kekhawatiran tentang manipulasi data atau kecurangan yang dapat terjadi pada tahap-tahap lain, seperti seleksi administrasi atau wawancara.Â
Masyarakat mempertanyakan apakah seluruh proses ini benar-benar dijalankan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan ataukah ada celah yang memungkinkan terjadinya penyimpangan.