Mohon tunggu...
Sakibm
Sakibm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Demokrasi

Mari mulai cita-cita generasi emas 2045 dengan membuka pandangan dan memerdekakan diri dari genggaman tirani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilematis Idealisme dan Karier Politik di Indonesia

26 September 2024   13:38 Diperbarui: 27 September 2024   19:13 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, menawarkan panggung politik yang dinamis dan beragam. Di tengah arus politik yang kompleks, salah satu isu yang sering menjadi perhatian adalah dilema antara idealisme dan karir politik. Banyak politisi di Indonesia dihadapkan pada situasi di mana idealisme yang mereka pegang sering kali berbenturan dengan realitas pragmatis dalam dunia politik. Fenomena ini mencerminkan betapa sulitnya mempertahankan prinsip dan nilai-nilai moral dalam karir politik yang penuh intrik dan kepentingan.

Idealisme adalah keyakinan kuat terhadap nilai-nilai luhur seperti keadilan, kejujuran, kesejahteraan rakyat, serta integritas dalam menjalankan tugas. Di Indonesia, banyak politisi muda maupun aktivis yang memulai perjalanan politik mereka dengan semangat idealisme tinggi. Mereka sering kali terinspirasi oleh kondisi masyarakat yang memprihatinkan dan berupaya untuk memperjuangkan perubahan melalui politik.

Namun, idealisme dalam politik Indonesia sering diuji ketika seseorang mulai meniti karir di partai politik atau menduduki jabatan publik. Idealnya, politisi bekerja untuk rakyat dan berusaha mewujudkan visi-misi mereka untuk memperbaiki kondisi bangsa. Namun dalam praktiknya, politik tidak sesederhana itu. Banyak hal yang terjadi di balik layar, seperti lobi politik, kompromi antar partai, serta pengaruh besar dari oligarki yang kerap membelokkan arah idealisme seseorang.

Politik di Indonesia memiliki karakteristik yang unik. Sistem demokrasi yang diterapkan memberi ruang bagi berbagai partai politik untuk berkompetisi, namun di balik demokrasi ini, muncul tantangan serius bagi para politisi yang ingin bertahan. 

Karir politik di Indonesia kerap kali memaksa seseorang untuk berkompromi dengan berbagai kepentingan, baik itu kepentingan partai, donor, maupun kelompok-kelompok lain yang memiliki pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan.

Salah satu tantangan terbesar adalah praktik politik uang dan patronase yang masih cukup mengakar dalam sistem politik Indonesia. Banyak politisi, meskipun memiliki idealisme, terjebak dalam kebutuhan untuk membangun dan mempertahankan kekuasaan. Untuk memenangkan pemilu, misalnya, biaya yang harus dikeluarkan sering kali tidak sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan melalui mekanisme resmi. Hal ini membuat politisi harus bergantung pada dukungan finansial dari pihak-pihak yang berkepentingan, yang pada akhirnya bisa membatasi ruang gerak mereka dalam menjalankan idealisme politik.

Ketika idealisme bertemu dengan realitas politik yang penuh kompromi, muncul dilema bagi para politisi. Mereka dihadapkan pada pilihan sulit: apakah tetap teguh pada prinsip yang mereka yakini, ataukah harus berkompromi demi menjaga eksistensi dan kelangsungan karir politik mereka? Kompromi politik memang tidak selalu bermakna negatif, tetapi ketika kompromi ini mulai mengorbankan nilai-nilai moral dan kepentingan publik, di situlah integritas seorang politisi dipertaruhkan.

Banyak politisi idealis yang pada awalnya sangat vokal dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, namun setelah beberapa tahun berada di dalam sistem, mereka mulai kehilangan orientasi. Tuntutan dari partai, tekanan dari kelompok kepentingan, dan kebutuhan untuk mempertahankan kekuasaan sering kali mengalahkan semangat awal mereka. Hal ini juga sering memunculkan rasa apatis dari masyarakat yang melihat para politisi tidak lagi konsisten dengan janji-janji yang pernah mereka sampaikan.

Meski penuh tantangan, tidak semua politisi harus meninggalkan idealisme mereka. Di Indonesia, ada beberapa contoh politisi yang tetap mempertahankan prinsip dan nilai-nilai yang mereka anut, meskipun berada di tengah tekanan politik. Namun, untuk bisa bertahan, mereka sering kali harus menemukan jalan tengah antara idealisme dan pragmatisme. Dalam situasi tertentu, kompromi memang diperlukan, tetapi harus ada batasan yang jelas agar idealisme tidak sepenuhnya terkikis.

Di tengah kondisi politik Indonesia yang kompleks, integritas menjadi kunci. Politisi yang memiliki integritas tinggi cenderung lebih mampu menjaga keseimbangan antara idealisme dan realitas politik. Meskipun kompromi tidak bisa dihindari, namun dengan integritas, politisi masih dapat menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama.

Dilema antara idealisme dan karir politik adalah fenomena yang umum di Indonesia. Banyak politisi muda yang memulai perjalanan politik mereka dengan semangat tinggi untuk memperjuangkan perubahan, tetapi tantangan dari sistem politik sering kali membuat mereka harus berkompromi. 

Meskipun begitu, tetap ada ruang untuk menjaga idealisme asalkan para politisi mampu menemukan keseimbangan antara nilai-nilai yang mereka pegang dan tuntutan karir politik. Pada akhirnya, integritas menjadi fondasi penting bagi mereka yang ingin tetap relevan dan dipercaya oleh masyarakat dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun