Mohon tunggu...
Mahmuddian
Mahmuddian Mohon Tunggu... Mahasiswa - pembisnis

jangan terlalu cepat menilai seseorang dari hal apapun itu!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dinamika Pekerjaan Anak Retail

9 April 2024   15:20 Diperbarui: 9 April 2024   15:21 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Resiko pekerjaan " anak retail"

Pernahkah kalian bertanya kondisi mental anak yang bekerja di retail? Apa kesehariannya?

Bagaimana pola tidur dan makan mereka? Ada Keluh kesah tidak? Dan bagaimana agar

tidak mengeluh dan harus tersenyum saat dia melayani konsumennya?

Kita coba jawab satu demi satu

Kondisi mental anak retail amat sangat miris, mereka ditargetkan harus prima dalam

keadaan kebutuhan rumah mereka yang membuat mereka harus kuat dalam pekerjaan.

Tekanan? Ya hal tersebut lumrah bagi anak retail, sisi shifting sisi pelayanan sisi konflik

dalam toko pun harus mereka telan. Didalam bagaikan hukum rimba yang mana yang kuat

yang punya wewenang "kuasa". Miris memang saat mereka harus tersenyum salam sedih,

itu yang tidak bisa terlupakan.

Pada hari raya keagamaan, disaat semua orang bersalaman, bercengkrama, melepas rindu.

mereka hanya bisa membisu. Bukan karena mereka tidak ongkos untuk pulang pada hari

itu, namun pekerjaanlah yang membuat mereka bagaikan diikat dan dikurung.

Apakah ada toleransi? Untuk bisa libur di hari penting itu?

Jawabannya tidak, mengapa? Karena semua sudah dibuat bagaikan robot bersistem.

Berontak? Tidak akan ada gunanya. Semua sudah ketentuan, ya terkadang semua pihak

tidak mau dianggap sebagai penyebab anak toko tidak bisa libur pas bertepatan hari raya.

Namun agaknya semua dilimpahkan ke level bawah tentang kebijakan itu yang terkesan

level tersebut memaksa agar tidak adanya libur di waktu tersebut.

Apakah ada kesenangan dalam dunia retail ?

Pasti ada, terutama jika kita bersyukur atas pekerjaan yang kita kerjakan. Banyak yang

diberikan dari kesenangan menjadi pekerja diantaranya status sosial, perilaku masyarakat,

debitur, dan masih banyak lagi. Semua hak yang diterima sama dengan pekerja lainnya, itu

yang membuat retail selalu menjadi sasaran utama dalam perebutan para pencari kerja. Ya

patut diapresiasi bahwa retail lah yang selalu menampung banyak masyarakat yang

membutuhkan pekerjaan yang penghasilannya sesuai ketentuan pemerintah membuat taraf

hidup yang cukup untuk biaya hidup.

Menyedihkan memang? Hal yang di artikan cukup selalu ada efek negatif dalam ketentuan

bekerja retail. Mereka harus siap dalam kondisi apapun tanpa terkecuali, apakah itu? Dalam

masa barang dalam toko hilang tanpa sebab mereka yang mennaggung semua itu dan ada

ketentuan lain dalam toko yang mau tidak mau harus diikuti yaitu pengantian harga sampai

pagi datang yang membuat fisik harus prima saat shift pagi. Gilanya semua target harus

dicapai dalam jangka waktu 2 minggu dan semua area toko harus prima, tetapi mirisnya

semua Dilakukan personil yang sedikit dan dipaksakan harus bisa tanpa ada unsur

kemanusiaan. Miris memang tapi itulah kenyataan yang harus diterima pekerja retail yang

harus diambil dalam pola yang sudah menghimpit, dan semoga jauh lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun