Mohon tunggu...
Politik Artikel Utama

Kemanakah Hak Buruh Bangsa Kita?

1 Mei 2015   18:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   11:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Bekerja dan dipekerjakan merupakan pilihan bagi manusia, siapa yang memiliki materi maka ia yang akan mempekerjakan. Dan bagi mereka yang tidak memiliki apapun hanya bisa dipekerjakan.”

Kehidupan adalah salahsatu dari proses hidup yang dimana mereka melakukan seluruh aktifitas dalam kegiatan sehari-harinya. Kehidupan biasanya sangat identik dengan namanya hidup yang dimana hidup itu merupakan proses bekerja sebagaimana mestinya, dan pastinya bergerak. Dan hidup merupakan hal terindah yang pernah dialami oleh setiap insan, karena hidup merupakan satu-satu proses yang hanya sekali dalam seumur hidup tanpa ada pengecualian.

Kata Kehidupan sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek kehidupan diantaranya adalah Sosial, Politik, Ekonomi, Pendidikan, Pertahanan dan Keamanan. Pada saat ini faktor yang paling utama dalam menjalankan kehidupan adalah aspek Ekonomi, aspek ini yang mempengaruhi agar semua aspek dapat terjalankan. Faktor ekonomi adalah dalang dari segala yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan proses kehidupan, karena dengan tiadanya faktor ekonomi hidup seseorang tidak dapat menjalankan kehidupannya. Bahkan kini, untuk melakukan hal yang kecil pun tidak luput dari kata Ekonomi apalagi hal besar.

Dengan kondisi yang seperti saat ini tentulah sangat terasa sulit bagi mereka masyarakat kecil yang hanya mengandalkan tenaga yang mereka miliki untuk mencari sesuap nasi untuk istri dan anaknya dirumah tidak terkecuali seorang buruh. Buruh yang setiap harinya bekerja tak kenal lelah dari terbitnya fajar diubuk timur, hingga tenggelamnya senja diubuk barat. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk istri anak dirumah tanpa melihat kondisi kesehatan mereka. Sungguh ironis keadaan seperti ini buruh yang setiap bulannya hanya mendapatkan upah yang pas-pasan yang hanya bisa digunakan untuk makan dan minum mereka sehari-hari saja.

Buruh hanya bisa berteriak dan menjerit dengan kondisi mereka saat ini, yang dengan upah yang pas-pasan dan kondisi tempat tinggal yang dirasa kurang layak. Lantas bagaimana keadaan mereka disinggahsana gedung DPR? Dengan kondisi gedung yang dirasa masih layak untuk digunakan menuntut untuk renovasi, dengan uang yang notabennya akan lebih bermanfaat apabila dialihkan kepada upah minimum buruh. Semua buruh sebenarnya tidak menuntut untuk direnovasi rumahnya akan tetapi mereka hanya menuntut untuk menaikan upah minimum mereka, yang setidaknya bisa menambah lauk saat mereka makan atau untuk menyekolahkan anak mereka nantinya.

Tidak lagi dengan rencana pengalihan dana subsidi BBM yang rencananya akan dialihkan untuk membangun infrakstruktur masih belum terlihat buktinya. Ini membuktikan bahwa negara ini masih membutuhkan sosok negarawan yang berjiwa besar, dan selalu memihak rakyat walau dengan kondisi yang sesulit apapun. Suara dari tuntutan buruh tidak digubris dan didengar sama sekali, padahal mereka sedang mengeluarkan hak-hak mereka sebagai rakyat indonesia yang katanya merupakan negara Demokrasi. Apakah ini yang namanya negara demokrasi?

Bahkan dalam salahsatu lagu aksi yang liriknya ‘buruh tani, mahasiswa, rakyat miskin, kota, bersatu padu rebut demokrasi, gegap gempita dalam satu suara, demi tugas suci yang mulia. Hari-hari esok adalah milik kita, terciptanya masyarakat sejahtera, terbentuknya tatanan masyarakat, indonesia baru tanpa orba.’ Ini merupakan salahsatu aspirasi yang dilakukan oleh mahasiswa atas ketidakadilan terhadap buruh dan rakyat miskin di Indonesia. Mereka menganggap bahwa Indonesia sudah seperti pada zaman gelap orba, dan mereka ingin masyarakat sejahtera tanpa adanya lagi rakyat kecil atau buruh yang tertindas.

Mereka selalu menginginkan adanya cahaya yang dapat membawa negeri ini ke zaman yang lebih baik, bahkan jauh dari negeri seperti saat ini. Yang dimana semua orang saling menghargai dan tanpa adanya status sosial yang membatasi, rakyat kecil dan buruh mendapat keadilan dan semuanya hidup sejahtera. Pemerintah bertindak adil, perwakilan masyarakat tidak menyeleweng dari niat awalnya untuk menyuarakan aspirasi masyarakat, dan tidak ada lagi perselisihan antar politikus. Itulah mungkin yang diinginkan oleh mereka untuk Indonesia, karena tidak ada gunanya perselihan antar sesama bangsa indonesia seharusnya kita saling bahu-membahu dalam membangun indonesia menuju arah yang lebih baik lagi. Satu hal utama atas keinginan rakyat kecil dan buruh yaitu kembalikan hak priori mereka, karena mereka juga sama masyarakat indonesia. Indonesia satu, Indonesia Maju.

“Indonesia akan terus ada apabila semua aspek didalamnya saling bahu-membahu untuk membangun bukan bahu-membahu dalam menjatuhkan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun