Mohon tunggu...
Mahmudah
Mahmudah Mohon Tunggu... -

Student

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Butuh Kakak, Butuh Bapak...

25 Oktober 2015   12:03 Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:03 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muharram menjadi momen memberi santunan bagi anak yatim. Banyak yayasan panti asuhan yang mendapat undangan untuk menghadiri acara-acara tertentu dengan membawa serta anak yatim yang diasuh di panti tersebut serta nantinya akan diberi santunan. Santunan diberikan berupa barang-barang, baik makanan, pakaian ataupun kebutuhan lain. Barang-barang tersebut diberikan sebagai bentuk usaha menyantuni anak yatim. Tak ada yang salah dengan hal tersebut, tetapi marilah lebih jauh kita mengenal tentang penyantunan terhadap anak yatim.

Anak yatim juga anak-anak sebagaimana anak yang lain, hanya saja ia diuji dengan tiadanya orang tua yang mendampingi mereka. Perlu diketahui, anak-anak memiliki kebutuhan fisik dan psikis. Banyak orang yang hanya peduli pada aspek fisik saja, memberikan bantuan berupa uang, pakaian, makanan dan hal-hal lain yang bersifat materi. Namun, tak banyak yang mempedulikan akan kebutuhan psikis seperti figur seorang ayah atau ibu yang telah tiada. Kebutuhan psikis inilah yang justru sangat diperlukan seorang anak yatim apalagi di zaman sekarang.

Yayasan ataupun panti asuhan belum tentu mengcover kebutuhan psikis secara maksimal, meskipun memang banyak usaha yang telah dilakukan untuk menciptakan keadaan yang sama dengan keluarga pada umumnya, bahagia dan harmonis. Maka tak ada salahnya apabila keluarga dekat, keluarga jauh yang mampu mengasuh dengan baik  untuk mengasuh anak yatim daripada harus dititipkan di panti asuhan. Secara kekeluargaan, pengasuh dan anak asuh masih memiliki hubungan kekeluargaan dan akan lebih mudah dekat secara emosi sehingga kehangatan keluarga dan figur orang tua akan didapatkan oleh si anak. Namun apabila keluarga dekat ataupun jauh sudah tiada, adopsi ataupun anak asuh bisa menjadi pilihan agar kebutuhan psikis anak tetap dapat terpenuhi. Sedangkan kebutuhan fisik dapat dikelola dan diatur oleh yayasan atau panti asuhan, kemudian didistribusikan kepada orang tua adopsi ataupun orang tua asuh untuk memenuhi kebutuhan anak secara fisik serta dibagikan secara merata.

Santunan bukan hanya berupa benda, uang, dan hal-hal materiil lainnya, tetapi kasih sayang, perhatian, kehangatan keluarga justru jauh lebih dibutuhkan. Kebutuhan fisik memberi bantuan untuk terus bertahan hidup tapi kebutuhan psikis memberi dukungan untuk terus berjuang mempertahankan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun