Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademis semata, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kepribadian yang baik pada peserta didik. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang baik untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Regulasi tersebut menekankan bahwa pendidikan tidak hanya ingin menghasilkan lulusan  yang memeiliki pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap dan nilai yang baik.
    Menurut KBBI, arti karakter adalah tabiat atau watak, yaitu sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan identitas bagi setiap individu yang terbentuk dari sikap, pola pikir, nilai-nilai kesopanan melalui interaksi baik antar sesama maupun lingkungannya. Karakter juga dapat mempengaruhi cara pandang, berpikir dan bertindak bagi setiap individu (Lubaba & Alfiansyah, 2022). Karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, diantaranya adalah prinsip, desain, strategi, dan model belajar yang dipengaruhi lingkungannya (Rosad, 2019). Oleh karena itu, lingkungan memliliki andil yang sangat besar dalam pembentukan karakter seseorang. Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, perteman atau pergaulan, sekolah dan masyarakat.
    Setidaknya ada 18 nilai karakter yang wajib dimiliki oleh peserta didik, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Kiromim Baroroh, 2011). Selanjutnya Profil Pelajar Pancasila merangkum karakter yang harus dimiliki peserta didik menjadi 6 nilai yaitu: (1) Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlah mulia; (2) Berkebhinekaan global; (3) Bergotong royong; (4) Kreatif; (5) Berbalar kritis dan (6) Mandiri.
    Karakter memiliki peran penting dalam kehidupan peserta didik. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa karakter yang baik sangat penting bagi peserta didik:
1. Karakter membantu peserta didik memahami diri mereka sendiri dan membentuk identitas yang kuat. Melalui pembelajaran karakter, mereka dapat mengeksplorasi nilai-nilai, keyakinan, dan sikap yang mereka pegang.
2. Karakter yang kuat membantu peserta didik mengatasi tantangan dan rintangan dalam kehidupan. Ketika mereka memiliki karakter yang tangguh, seperti ketekunan, optimisme, dan ketabahan, peserta didik lebih mampu menghadapi kesulitan dengan tekad dan tidak mudah menyerah.
3. Karakter yang baik membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial yang penting. Dengan memiliki karakter seperti empati, kerjasama, dan toleransi, peserta didik dapat berinteraksi secara positif dengan orang lain. Mereka belajar untuk mendengarkan dengan baik, menghormati pendapat orang lain, dan bekerja sama dalam tim.
4. Karakter yang baik melibatkan sikap tanggung jawab dan etika yang kuat. Peserta didik diajarkan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, menghormati hak orang lain, dan mengikuti nilai-nilai moral yang positif. Mereka belajar mengenai pentingnya integritas, kejujuran, dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Karakter yang baik membantu peserta didik memahami makna dan tujuan dalam hidup mereka. Melalui nilai-nilai seperti kepedulian, pelayanan, dan pemahaman tentang tujuan hidup yang lebih besar, mereka mampu membentuk pandangan hidup yang bermakna.
    Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter yang baik sangat penting bagi peserta didik karena membantu mereka membentuk identitas yang kuat, mengatasi tantangan, mengembangkan keterampilan sosial, menghormati tanggung jawab dan etika, serta membentuk kehidupan yang bermakna. Dengan pendidikan karakter yang efektif, peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang baik, berkomitmen terhadap nilai-nilai moral, dan siap menghadapi tantangan kehidupan dengan keyakinan.
    Pendidikan karakter telah menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan Indonesia. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum dan praktik pendidikan di Indonesia selama ini. Beberapa kebijakan tersebut antara lain:
- Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 Dalam kurikulum 2013, pemerintah Indonesia telah memasukkan pembelajaran tentang karakter dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat menyumbangkan pembentukan karakter peserta didik melalui penyampaian nilai-nilai karakter yang relevan
- Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembinaan Karakter Bangsa di Satuan Pendidikan Kebijakan ini menegaskan pentingnya pembinaan karakter bangsa di setiap satuan pendidikan. Permendikbud ini mendorong lembaga pendidikan untuk melibatkan seluruh komponen sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan orang tua, dalam membangun budaya karakter yang kuat dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
- Penguatan Pendidikan karakter yang diatur dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2018. Kebijakan ini mengamanatkan tentang pendidikan karakter sebagai komponen integral dalam sistem pendidikan.
- Gerakan Nasional Literasi Sekolah (GNLS) GNLS adalah kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan minat baca, keterampilan membaca, dan pembentukan karakter peserta didik melalui literasi. Kebijakan ini mendorong lembaga pendidikan untuk membangun budaya membaca dan melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan literasi yang mendukung pembentukan karakter positif.
- Program Sekolah Adiwiyata Program Sekolah Adiwiyata adalah kebijakan yang mempromosikan pembangunan sekolah yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada pembentukan karakter berkelanjutan. Program ini mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesadaran, pengetahuan, dan sikap positif terhadap lingkungan alam dan sossial.
Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan upaya konkret dari pemerintah Indonesia untuk mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam sistem pendidikan. Melalui kebijakan ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan karakter yang kuat, seperti integritas, tanggung jawab, kerja sama, kepedulian, dan nilai-nilai moral yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Selain upaya dari pemerintah, perlu upaya dari guru sebagai pendidik dalam rangka peningkatan karakter peserta didik.
    Guru memiliki peran kunci dalam meningkatkan karakter peserta didik. Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan karakter peserta didik:
- Guru dapat menjadi contoh teladan bagi peserta didik dengan menunjukkan perilaku yang baik dan memiliki karakter yang positif. Guru dapat merancang pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan yang membangun karakter. Misalnya, dengan menggunakan diskusi kelompok, proyek kolaboratif, permainan peran, atau simulasi, guru dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kepemimpinan.
- Guru dapat membangun pembiasaan dan ritual yang mendukung pembentukan karakter. Misalnya, memulai setiap hari dengan refleksi singkat tentang nilai-nilai karakter, atau menyelenggarakan kegiatan rutin seperti "kelas santun" atau "waktu berbagi" di mana peserta didik dapat berbagi pengalaman dan refleksi mengenai nilai-nilai karakter.
- Guru dapat memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler atau klub di sekolah untuk mendukung pembentukan karakter peserta didik. Misalnya, klub sosial, klub lingkungan, atau klub sukarelawan dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar tentang tanggung jawab sosial, kerjasama, dan pengembangan diri.
- Guru dapat secara konsisten mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran di berbagai mata pelajaran. Misalnya, dengan mengaitkan konsep akademik dengan nilai-nilai seperti kejujuran, kerjasama, atau empati, guru dapat membantu peserta didik untuk melihat keterkaitan antara pembelajaran akademik dan pengembangan karakter.
- Guru dapat membangun hubungan yang positif dan saling percaya dengan peserta didik. Dengan mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik konstruktif, dan memberikan dukungan yang tepat, guru dapat membantu peserta didik untuk tumbuh dan mengembangkan karakter yang baik.
- Guru dapat berkolaborasi dengan orang tua dalam mendukung pembentukan karakter peserta didik. Komunikasi terbuka, pertemuan orang tua, atau kolaborasi dalam proyek karakter dapat memperkuat pengaruh positif di lingkungan pendidikan.
    Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa salah satu upaya guru dalam meningkatkan karakter peserta didik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, salah satu metode yang efektif untuk mencapai hal ini adalah melalui role playing atau bermain peran. Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Kiromim Baroroh, 2011). Metode role playing juga  merupakan metode penguasaan bahan- bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan (Tyastuti, 2017; Wulandari et al., 2023).
    Dalam metode role playing ini, peserta didik akan memainkan peran tertentu dalam situasi tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial, empati, dan pemecahan masalah. Metode role playing ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan karakter peserta didik secara menyeluruh. Pertama-tama, role playing membantu peserta didik memahami perspektif orang lain. Dalam bermain peran, mereka harus memasuki karakter yang berbeda dengan latar belakang, pandangan hidup, dan emosi yang berbeda pula. Hal ini membantu mereka melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Peserta didik belajar menghargai perbedaan dan memahami bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan tantangan yang unik. Ini penting dalam mengembangkan karakter yang inklusif dan toleran.
     Selain itu, role playing juga melibatkan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dalam situasi bermain peran, peserta didik akan dihadapkan pada tantangan dan masalah yang harus mereka selesaikan sebagai karakter yang mereka mainkan. Mereka harus memikirkan strategi terbaik, berkomunikasi dengan baik, dan bekerja sama dengan anggota tim lainnya. Proses ini melatih kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah dalam kehidupan nyata. Mereka belajar untuk berpikir kritis, membuat keputusan yang baik, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
    Selanjutnya, role playing juga membantu peserta didik mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif. Dalam bermain peran, mereka harus berinteraksi dengan karakter lain dan menyampaikan pikiran, perasaan, dan ide-ide mereka. Mereka belajar untuk mendengarkan dengan baik, mengungkapkan pendapat dengan jelas, dan berkomunikasi secara persuasif. Keterampilan komunikasi yang baik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Melalui role playing, peserta didik dapat mengasah keterampilan ini dengan cara yang interaktif dan mendalam.
    Tak kalah penting lagi, role playing juga membantu peserta didik mengatasi ketakutan dan mengembangkan rasa percaya diri. Bermain peran memungkinkan mereka untuk menghadapi situasi sosial yang menantang dalam lingkungan yang aman. Mereka dapat mengatasi kecemasan, belajar menghadapi penolakan, dan mengembangkan kepercayaan diri mereka. Proses ini membantu peserta didik menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi, menghadapi tantangan, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk pertumbuhan pribadi.
    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan karakter peserta didik, role playing dapat menjadi alat yang sangat efektif. Metode ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, memungkinkan mereka untuk belajar melalui pengalaman langsung dan refleksi. Role playing membantu peserta didik memahami perspektif orang lain, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi, dan kepercayaan diri. Dengan memperkuat karakter peserta didik, metode ini membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
Referensi:
Kiromim Baroroh. (2011). Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui Penerapan Metode Role Playing. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 8(2), 149--163.
Lubaba, M. N., & Alfiansyah, I. (2022). Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Sains Dan Teknologi, 9(3), 2022--2687.
Rosad, A. M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Managemen Sekolah. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(02), 173. https://doi.org/10.32678/tarbawi.v5i02.2074
Tyastuti, D. I. (2017). PENGEMBANGAN KARAKTER DAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING. Nucl. Phys., 13(1), 104--116.
Wulandari, R., Arumi, D. T., Mardiani, T., Wijayanto, R., Halimah, N., Yuniarti, Y., & Sukardi, R. R. (2023). Pengembangan Karakter Siswa melalui Model Role-Play dalam Pembelajaran IPS. 1(1), 54--60.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H