Eric Garcia kabarnya telah menyetujui secara lisan tawaran kontrak 5 tahun bersama Barcelona. Itu artinya ia akan pulang. Pulang ke pangkuan klub yang telah mendidiknya dari usia tujuh tahun. Bukan rahasia jika ia lulusan La Masia dan sempat kebagian peran kapten di tim muda Blaugrana.
Sejak mula, tak ada yang menyangka ia bakal hengkang ke Manchester. Ia begitu sentral di tim muda. Caranya mengambil posisi kala bertahan, menahan bola sebelum lepaskan umpan pendek maupun lambung mengesankan di usianya. Sadar akan potensi Eric, Puyol -Ya, Carles Puyol- mendekatinya dan berhasil masukkan sang bek masa depan ke agensi rintisannya
Pada 2017, Manchester City isyaratkan regenerasi di barisan pertahanan. Punggawa lama macam Aleksandar Kolarov, Gael Clichy, Bacary Sagna dan Pablo Zabaleta mengemas barangnya dari ruang ganti Ettihad Stadium. Menyusul datangnya Eric, Benjamin Mendy, Kyle Walker, dan Danilo sebagai kaki-kaki segar berikutnya.
Usut punya usut ternyata Barca kecolongan dengan pola pendekatan City. Setelah mencapai kesepakatan personal dengan sang pemain, klub kemudian tak kuasa lagi untuk menahan. Pada saat bersamaan, Puyol mengurangi keterlibatannya dengan dunia agensi dan fokus menjadi duta UEFA. Entah ada unsur rasa bersalah di dalamnya atau tidak.
Bagi Eric sendiri, itu adalah petualangan lain. Menjajaki kemungkinan di tanah yang sama sekali asing baginya yang lahir dan besar di jantung Catalonia. Apalagi ia bakal berada dalam arahan Pep Guardiola, Abang senior jebolan Barca juga.
Setelah resmi berseragam The Citizen, pemuda Spanyol tak lantas bergabung dengan tim utama. Ia mengetes suhu kolam dengan berkompetisi bersama tim muda City. Baru setahun kemudian mencatatkan debut tim senior di ajang EFL Cup kontra Leicester City. Menurut laman Transfermarkt, Eric sudah mengantongi 80 caps (6558 menit) setelah hampir 3 musim di Inggris.
Menduplikasi Kisah Pique
Dalam ingatan saya, ini bukan kali pertama bek La Masia hijrah ke Manchester. Dulu pernah ada remaja jangkung berambut kecoklatan yang berguru ke rival sekota City, Gerard Pique namanya.
Sir Alex Ferguson tahu betul pemuda 17 tahun punya sesuatu dalam permainannya. Â Dengan tinggi 1,94 M dan skill cetakan La Masia, yang Pique perlukan adalah berjam-jam di gym serta waktu bermain. Di samping itu, ada duo Rio Ferdinand-Nemanja Vidic yang bakal turut menggemblengnya.
Empat tahun menanti kesempatan bermain, dengan semusim dipinjamkan ke Real Zaragoza, keadaan tak begitu mendesak menurut hematnya. Ferdinand-Vidic sungguh luar biasa, namun mereka toh tak abadi. Akan tiba saatnya satu slot bek tengah itu menjadi miliknya.
Hingga Barca memanggil di penghujung musim 2007/2008 dan Pique tidak bisa berkata tidak untuk klub pujaannya. Lagipula, kesempatan menjadi pilihan utama lebih terbuka dengan pensiunnya Lilian Thuram, catatan cedera Gabo Milito dan Rafa Marquez serta baru bergabungnya Martin Caceres. Dan, terpenting, baginya Barcelona adalah rumah.
***
Laiknya Pique, Eric telah miliki ikatan yang kuat dengan tim Catalan. Pengalaman bersama City tentang bagaimana intensitas fisik Liga Inggris dan deretan striker buas di rimbanya mesti disimpannya lekat-lekat dalam ingatan dan bakal berguna bagi Blaugrana.
Jika Pique dapat torehkan tiga trofi Liga Champion dan delapan kali puncak Liga Spanyol sepanjang 12 tahun ini, dapatkah Eric melebihi pendahulunya itu?
Walau saya bayangkan lagi bakal timpang juga sebenarnya, lha Pique kan punya kawan sepermainan bernama Lionel Messi. Itu mah curang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI