Mohon tunggu...
Mahirotul Haromaini
Mahirotul Haromaini Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa IAIN Jember|MRI Jember

Nikmati prosesnya jangan lihat hasilnya dan ambillah hikmahnya🙏🙃

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Guru Pesantren dalam Membentuk Spiritual dan Intelektual Santri

11 April 2020   08:17 Diperbarui: 11 April 2020   08:25 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesantren merupakan tempat yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia, yang dikenal sebagai tempat untuk menimba ilmu agama. Sebelum adanya instansi pendidikan formal bisa dibilang pesantren adalah tempat menimba ilmu pertama yang ada di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu dan bergantinya era globalisasi pesantren masih bisa eksis di tengah masyarakat. Bahkan di era saat ini yaitu era industri 4.0, pesantren masih bisa eksis dan tidak tertinggal akibat modernisasi. Hal ini membuktikan bahwa Pesantren mampu bersaing dengan instansi pendidikan formal lainnya namun tidak meninggalkan ciri khasnya.

Di balik itu semua pasti ada seseorang yang membentuk karakter santri, sehingga mereka mampu membawa nama baik pesantren dan menghilangkan pemikiran mengenai santri adalah orang yang ketinggalan zaman di mata masyarakat. Seseorang tersebut siapa lagi kalau bukan seorang guru.

Di dalam lingkungan pesantren perlu diketahui bahwa ada beberapa istilah guru yaitu di mulai dari kyai, nyai, gus dan ning yang merupakan sebutan bagi keluarga dari pengasuh pesantren atau dikenal sebagai keluarga ndalem dan beliau-beliau adalah guru sekaligus orang tua santri di pesantren, selain itu ada ustad dan ustadzah yang mengajar kita ketika pembelajaran berlangsung baik di sekolah ataupun di pesantren (diniyah). Beliau-beliau adalah guru yang harus dihormati, hanya saja berbeda dalam penggunaan istilah disesuaikan dengan tingkat kealiman, pengetahuan, dan kema'rifatan, sehingga berbeda pula penghormatan yang diberikan, disinilah keunikan dari pendidikan pesantren yang sangat memuliakan gurunya.

Dalam lingkungan pesantren peran guru sangat berpengaruh dalam membentuk karakter santri baik dari segi spiritual maupun intelektual namun yang paling penting adalah kepribadian. Di era seperti ini, kemampuan guru pesantren tidak kalah dengan guru pendidikan formal, mereka mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan serta intelektual, hal ini tidak hanya belaku pada pesantren modern tetapi di pesantren salaf pun masih dipertahankan. Beliau melakukan hal tersebut dengan cara sederhana yaitu membuat pembelajaran menjadi enjoy meskipun terkadang ditinggal tdur oleh santrinya. 

Pembelajaran di dalam pesantren yang  terkenal yaitu ngaji sorokan yang mana sang guru mendekte makna dari kitab yang beliau baca namun menggunakan bahasa jawa, begitupun santri menulis makna setiap kata yang telah disampaikan oleh sang guru. Di sela-sela hal tersebut sang guru juga menjelaskan maksud dari makna kitab yang telah diajarkan, tak jarang beliau menjelaskan pula relevansinya dengan kehidupan sekarang, dan memperkuat spiritual santri dengan berbagai motivasi dan kisah-kisah para waliyulloh, bahkan tentang dirinya sendiri yang mampu membangkitkan keimanan santri yang sedang turun. 

Ngaji sorokan adalah salah satu media guru pesantren dalam membentuk spiritual santri, namun tidak hanya itu untuk memperkuatnya dipesantren waktu dipenuhi dengan kegiatan keagamaan, yang mana guru pun ikut serta dalam hal ini, seperti Sholat jamaah, mengaji al-quran, mengamalkan amalan dari kyai, membaca diba', manaqiban, ngaji diniyah dan masih banyak lagi. Meskipun dalam kegiatan santri terkadang tertidur, sang guru pasti memaklumi itu kebiasaan santri, hingga ada wejangan dari KH. Dimyathi Romly mursyid dari PP. Darul Ulum Jombang "aku luweh seneng santri seng turu pas ngaji, ketimbang rame" maksudnya adalah aku lebih menyukai santri yang tertidur ketika ngaji daripada yang ramai sendiri.

Sedangkan dalam membentuk intelektual santri sang guru memberikannya di pendidikan formalnya seperti ketika disekolah, disekolah para santri tidak hanya belajar ilmu agama tetapi ilmu umum juga dipelajari seperti sains, matematika, ilmu sosial dan sebagainya. 

Selain itu para guru sangat mendukung keinginan siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan umum, biasanya beliau tak segan memberikan sedikit waktunya untuk berbagi ilmu. Intelektual yang dibentuk tidak terbatas pada pengetahuan umum melainkan juga mengenai gambaran dunia luar yang kini sudah berganti zaman, sehingga para santri memiliki keinginan untuk berkreasi dan mampu menyesuaikan bahkan bersaing ketika di masyarakat. Hal ini ditunjukkan banyak santri yang masuk ke dalam perguruan tinggi umum. 

Dalam pembentukan intelektual santri para guru tidak hanya terpatok pada kemampuan pengetahuan tetapi beliau juga memberikan ketrampilan kepada para santri melalui progam kegiatan sekolah atau pesantren, seperti: ketrampilan menulis, membatik, dan ketrampilang di bidang IT dan teknologi. 

Para guru sangat mendukukung hal tersebut dan tak segan untuk mencari informasi mengenai event yang bisa diikuti oleh para santri. Meskipun demikian beliau tidak pernah lupa untuk mengajarkan kepribadian yang harus dimiliki oleh santri salah satunya yaitu meluliakan guru atau biasa disebut dengan tawadhu' dengan guru, beliau selalu berpesan ketika kalian semua sukses jangan pernah lupa almamater kalian terutama guru kalian. Intelektual boleh jalan asalkan jangan sampai lupa dengan akhlak, jadi inget jargonya Darul Ulum "Berotak London Berhati Masjidil Haram". :)

Paparan diatas adalah sedikit gambaran betapa pentingnya peran dan pengaruh guru pesantren dalam membentuk karakter santri baik dari segi spiritualitas ataupun intelektual. Namun perlu diketahui bahwa setiap guru memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi peserta didik, tapi tujuan mereka itu tetap sama. Untuk itu hormatilah guru, siapa saja itu baik kyai, ustad, guru, dosen, siapapun itu meskipun kita tidak suka tetap hormatilah beliau doa mereka seperti doa orang tua kita, tanpa mereka kita bukan siapa-siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun