Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijak Menyikapi Masalah: Dari Beban Menjadi Hikmah

3 Januari 2025   03:55 Diperbarui: 3 Januari 2025   03:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bijak Menyikapi Masalah (sumber:chatgpt)

Permasalahan terkadang datang tanpa diduga. Sesuatu yang kita pikir tidak bermasalah tiba-tiba bisa menjadi masalah besar yang sulit diselesaikan, memaksa kita memutar otak mencari solusinya. Jika beruntung, masalah tersebut dapat teratasi. Jika tidak, masalah itu akan membesar dan dampaknya bisa meluas ke berbagai aspek kehidupan.

Sebagai contoh, kita mendapati tagihan listrik rumah naik empat kali lipat dari nominal yang biasa kita bayarkan. Tentu saja, hal itu membuat kita sangat terkejut. Seketika, mungkin kita akan berpikir, "Bagaimana mungkin saya bisa membayarnya? Membayar yang normal saja sudah berat, apalagi empat kali lipatnya!"

Permasalahan tagihan listrik yang membengkak mungkin dianggap sepele. Namun, jika hal kecil seperti ini sering terjadi, dampaknya bisa menjadi berat juga. Bayangkan kita membawa banyak uang receh di saku; pastinya terasa berat dan menyulitkan, bukan?

Bagi seseorang yang bijak, permasalahan tidak akan menjadi dilema. Dengan kebijaksanaannya, ia akan mengubah masalah menjadi pembelajaran. Ia juga akan mengedepankan jalan tengah terbaik sebagai solusi. Bahkan, terkadang, permasalahan dapat berubah menjadi anugerah.

Dalam kasus tagihan listrik tadi, kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Pertama, kita menjadi lebih sadar untuk menggunakan listrik dengan lebih hemat. Kedua, kita bisa mengetahui dan memperkirakan perhitungan biaya listrik. Ketiga, kita jadi memahami bagaimana PLN bekerja dalam menagih konsumennya. Keempat, kita belajar istilah-istilah kelistrikan sederhana.

Tagihan listrik yang naik empat kali lipat tidak seharusnya membuat kita marah-marah kepada PLN, berkeluh kesah kepada tetangga, atau curhat di media sosial. Hal yang perlu dilakukan adalah bertanya kepada pihak terkait (dalam hal ini PLN) untuk mencari akar permasalahannya. Setelah mengetahui penyebabnya, barulah kita mencari solusi.

Semua pelajaran dapat kita petik ketika kita mulai mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Jangan lari dari masalah. Hadapilah dengan mengedepankan akal sehat dan kebijaksanaan, bukan dengan kegalauan atau emosi.

Setelah diteliti, tagihan listrik yang membengkak ternyata disebabkan adanya kekurangan pembayaran pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga terjadi akumulasi tagihan. Siapa yang salah? Apakah sistem PLN yang kurang akurat menghitung tagihan, atau konsumen yang tidak mengontrol penggunaan listeiknya? Terlepas dari itu, yang jelas, nasi sudah menjadi bubur. Daya listrik telah terpakai, dan tagihan harus dibayar.

Pada kondisi seperti ini, kebijaksanaan perlu dikedepankan. Jika kita bijak, selalu ada jalan tengah yang bisa diambil. Misalnya, untuk kasus tagihan yang membengkak akibat akumulasi tagihan, PLN menyediakan keringanan berupa sistem cicilan. Beban tagihan yang berat dapat dicicil dalam jangka waktu satu tahun. Ini adalah solusi jalan tengah yang bisa meringankan beban akumulasi tagihan.

Lantas, bagaimana masalah PLN ini bisa menjadi anugerah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun