Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin yang Berani

7 November 2023   05:22 Diperbarui: 7 November 2023   05:31 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, seorang pemimpin juga harus memulai jiwa kepemimpinannya dari diri sendiri. Pemimpin harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Jika seorang pemimpin mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, maka dengan sendirinya ia akan menonjol dan muncul sebagai pemimpin di lingkungan tempatnya berada.

Ulama terkenal Ustad Badiuzzaman Said Nursi pernah mengajarkan keberanian kepada muridnya dengan cara yang unik. Ustad tinggal dengan murid-muridnya di pedalaman hutan. Suatu hari, Ustad memerintahkan muridnya untuk mengambil air di tengah hutan. Tempat air berjarak kurang lebih lima belas menit perjalanan dari pondok yang mereka tinggali.

Tak disangka, sang murid menolak berangkat, karena takut. "Kenapa kamu takut?" Ustad bertanya. "saya takut akan binatang buas" jawab sang murid.

Mendengar jawaban sang murid Ustad mulai bercerita, "Beberapa hari yang lalu, ketika saya terbangun untuk shalat tahajud, ada seekor serigala masuk ke pondok kita. Serigala itu melewati kalian yang sedang tertidur. Saya kaget, kenapa serigala ini bisa masuk ke pondok kita.

Lalu beberapa menit kami saling memandang. Dengan bahasa halnya seolah serigala itu berkata, "Aku sudah masuk ke dalam pondokmu dan engkau tidak menghidangkan apapun, aku lebih baik pergi menuju Sang Maha Pemberi Rezeki yang hakiki."

Ustad melanjutkan, "Dari sini saya memahami. Jika saja kendali serigala itu ada pada dirinya, mungkin serigala itu telah memangsa kita semua. Namun, kendalinya bukan pada dirinya, tetapi ada pada penciptanya. Serigala tidak bisa melakukan apapun tanpa perintah dari Sang Pencipta.

Pelajaran bagi kita adalah bahwa jika kita melakukan sesuatu atas nama Sang Pencipta, maka kita tidak perlu takut akan apapun. Karena segala sesuatu ada dalam kendaliNya."

Ya, rasa takut yang paling hakiki adalah rasa takut kepada Sang Pencipta, bukan kepada ciptaannya. Oleh karenanya, seorang pemimpin yang berani harus menyandarkan sesuatunya kepada Sang Pencipta. Memulai sesuatu dengan Asmanya, dan mengakhiri dengan memujiNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun