Ramadan hari ketujuh belas. Hari ini kita melanjutkan pembahasan Kitab Shahih Bukhari bab tanda keimanan. Berikut teks haditsnya:
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Abdullah bin Jabar, berkata; aku mendengar Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda nifaq adalah membenci (kaum) Anshar".
Di hadits sebelumnya tanda keimanan adalah mencintai Rasulullah SAW. Pada hadits ini juga bagian tanda keimanan seseorang adalah mencintai kaum Anshar. Sebaliknya yang membenci kaum Anshar berarti memiliki tanda kaum munafik.
Pertanyaannya, siapa kaum Anshar yang begitu mulia ini? Kaum Anshar adalah penduduk asli Madinah yang dulu namanya Yatsrib. Nama kota Madinah adalah Al-Madinatul Munawwarah, kota bercahaya, yang dihiasi cahaya kenabian.
Sebelum Nabi Hijrah, ada dua suku besar di Madinah, yaitu suku Aus dan Khazraj. Selain itu juga ada suku dari golongan Yahudi, yaitu Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Bani Qunaiqa.
Bagaimana kaum Yahudi bisa ada di Madinah? Menurut cerita mereka adalah pelarian dari orang-orang Yahudi yang tinggal di Palestina yang ingin dihabisi oleh penguasa Romawi saat itu. Kala Nabi hijrah, kaum Yahudi sudah beratus tahun menetap di Yatsrib.Â
Lantas, penduduk Madinah itu mengapa disebut Anshar? Ketika Rasulullah SAW di Makkah, dakwahnya memuncak, sehingga Rasulullah SAW disakiti, diusir.Â
Orang Yatsrib kala itu memiliki tradisi ziarah ke Makkah, baik untuk umrah atau haji. Umrah dan Hajinya belum dengan syariat yang kita ketahui saat ini karena syariat haji turun di tahun keenam hijrah.
Tahun kesepuluh kenabian adalah puncak kesulitan yang dirasakan Nabi di Makkah. Sudah tidak banyak yang melindunginya di Makkah.
Orang-orang Madinah umrah atau haji mereka mendengar di Makkah ada orang yang mengaku Nabi. Kemudian kabar ini dikabarkan ke orang-orang di Madinah.
Di tahun kedua belas hijriah, mereka membangun komunikasi. Terjadilah apa yang kita kenal dengan baiah aqobah. Artinya, mereka berbaiat kepada Rasulullah yang saat itu secara sembunyi-sembunyi di tempat bernama Aqobah.
Di tahun ketiga belas hijriah juga terjadi baiat. Namanya baiah aqobah kedua. Jumlah yang berbaiat pun bertambah banyak. Jika pada baiah aqobah pertama ada 12 orang, yang kedua ini 70 orang.
Setelah mereka kembali dan mendengar Rasulullah ingin hijrah, maka mereka yang ikut baiat menyambut dan bersedia menolong Rasulullah SAW dari kejaran orang musyrik Makkah.Â
Orang-orang yang menolong inilah yang kemudian disebut dengan Anshar. Secara bahasa kata Anshar juga bermakna orang yang memberikan pertolongan. Istilah Anshar ini adalah pemberian Rasulullah SAW.Â
Al-Quran pun memberikan pujian kepada kaum Anshar. Kaum Anshar begitu besar bantuannya kepada kaum Muhajirin, mereka mengutamakan kaum Muhajirin, walaupun mereka sendiri membutuhkan (QS Al-Hasyr: 9).Â
Ada ayat juga yang memuji kaum Anshar dan Muhajirin, dan Allah ridha kepada mereka semua (QS At-Taubah: 108).
Demikian pembahasan bagian pertama hadits ini. Besok kita akan melanjutkan pembahasan hadits ini.
* Refleksi Kajian Ramadan Masjid Inti Iman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H