Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Haji Udin Mengajar Al Quran

18 April 2022   17:36 Diperbarui: 18 April 2022   17:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurma Haji Udin (dokpri)

Haji Udin sedang mengajari anaknya membaca Al-Quran di bulan Ramadan. Haji Udin berkata:

-Nak, mengapa kamu hanya mau belajar Al-Quran di bulan Ramadan?

-Kan Abah yang bilang sendiri, jangan sampai kita menjadi orang yang rugi.

Haji Udin bingung mendengar jawaban anaknya. Lalu, ia mengonfirmasi:

-Belajar Al-Quran bagaimana bisa rugi.

-Ya rugi Abah, karena belajar Al-Quran di bulan lain tidak mendapat pahala berlipat layaknya di bulan Ramadan.

Jawaban anak Haji Udin memang lugu, tetapi jika kita telisik, mungkin ada sisi benarnya. 

Coba kita perhatikan, di bulan Ramadan banyak orang yang membaca Al-Quran. Di setiap masjid, siang dan malam, suara tadarus Al-Quran bersahut-sahutan.

Ironisnya, di bulan-bulan yang lain, kita tidak melihat pemandangan yang sama. Bagi sebagian orang, membaca Al-Quran mungkin bisa saja terlupakan karena sibuknya pekerjaan. 

Bahkan terkadang Al-Quran hanya menjadi barang hiasan yang menjadi pajangan di rumah, tanpa pernah dibuka, apalagi dibaca.

Ya, memang tidak ada salahnya memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadan, karena bulan ini adalah bulannya Al-Quran atau syahrul quran. 

Membaca Al-Quran di bulan ini pahalanya berlipat ganda. Wajar, banyak orang yang meningkatkan bacaan dan menyibukkan diri dengan  Al-Quran.

Al-Quran memang diturunkan di bulan ini. Malaikat Jibril AS menurunkan wahyu pertama kepada Rasulullah SAW di gua Hira pada tanggal 17 Ramadan. Peristiwa inilah yang biasa kita peringati sebagai nuzulul quran.

Memperingati nuzulul quran adalah salah satu bentuk penghormatan kita kepada kitab suci umat Islam ini. Namun, hal yang lebih penting adalah kita membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran. 

Membaca bukan hanya sekedar membaca, tetapi membaca dengan penghayatan untuk memahami, apa yang dipahami lalu diamalkan. 

Rumah-rumah yang di dalamnya Al-Quran diperlakukan seperti ini,  akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Allah menurunkan rahmat ke rumah tersebut sehingga penghuninya selalu berada dalam lindungan-Nya.

Bagi anak-anak, bulan ini semestinya dijadikan bulan untuk berlomba-lomba memperdalam Al-Quran. 

Bagi yang belum bisa membaca, maka luangkan waktu untuk belajar membaca. Bagi yang sudah bisa membaca, maka luangkan waktu untuk memperindah bacaan dengan belajar ilmu tajwid.

Selain itu, kita juga bisa belajar untuk memahami Al-Quran. Majelis-majelis Al-Quran yang menelaah isi dan kandungan Al-Quran perlu diperbanyak dengan mengundang orang-orang yang memang memiliki kompetensi dan ilmu yang mumpuni.

Misalnya, sistem muqabalah dalam memahami Al-Quran bisa dilakukan. Setiap hari dibaca satu juz Al-Quran beserta terjemahannya. 

Terjemahan bukan hanya dibaca, tetapi juga diberikan penjelasan agar kandungannya bisa lebih dipahami.

Ya, di zaman ini, kita memang perlu membangun generasi qurani. Di zaman dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesatnya dan terkadang bisa membawa manusia menyimpang dari jalan yang seharusnya, kehadiran Al-Quran memang tak bisa ditawar lagi.

Pengamalan nilai-nilai Al-Quran harus dijadikan pelita yang menerangi jalan kehidupan kita. Jalan yang akan membawa kita kepada kebenaran, jalan yang akan membawa kita kepada keselamatan, jalan yang akan membawa kita kepada tujuan hakiki kehidupan kita.

Ya, bulan Ramadan memang harus kita jadikan momentum bagi kita untuk mempelajari dan membumikan Al-Quran. Sebuah momentum yang perlu kita jaga keberlangsungannya di bulan-bulan yang lain. 

Semangat kita untuk mempelajari Al-Quran harus terus berkobar, membakar nafsu kita yang selalu menghalangi diri untuk bersama Al-Quran. 

Jangan sampai Al-Quran menjadi anak kesayangan di bulan Ramadan, tetapi menjadi anak yatim di bulan yang lain. 

Inilah tanggung jawab kita bersama untuk menempatkan Al-Quran di tempat yang paling layak untuk ditempatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun