Isi kandungan hadits ini selaras dengan apa yang disampaikan Allah dalam Al-Quran. Dijelaskan bahwa wahyu turun dibalik tabir atau melalui perantara malaikat yang datang langsung menyerupai seorang laki-laki (QS. Ash-Shura : 51).
Wahyu ini juga yang membuat baginda Nabi terbimbing sehingga terpelihara dari kesalahan. Oleh karenanya, baginda Nabi biasa kita sebut maksum.Â
Ketika ada kesalahan dalam prinsip, Allah yang langsung menegur baginda Nabi melalui wahyu. Kita banyak menemukan ayat teguran dalam Al-Qur'an.
Pemeliharaan Allah terhadap kemaksuman baginda Nabi diperkuat dalam wahyu Al-Quran. Disebutkan bahwa ucapan Nabi itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS. An-Najm : 3-4).
Jadi, semua ucapan Nabi itu wahyu. Ada yang benar-benar wahyu Al-Quran. Ada yang bukan wahyu, tetapi sejatinya memiliki substansi wahyu, yaitu hadits.
Oleh karenanya, kita sebagai umatnya, semestinya sebisa mungkin berusaha untuk terus menambah kecintaan kita (mahabbah) kepada baginda Nabi.Â
Caranya? Dengan terus belajar dan mengamalkan ucapan Nabi yang wahyu (Al-Qur'an), dan yang memiliki substansi wahyu (Hadits). Kedua hal inilah yang menjadi pedoman dalam hidup kita.
* Refleksi Kajian Ramadan Masjid Inti Iman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H