Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Niat, Ikhlas, dan Hijrah

4 April 2022   07:25 Diperbarui: 4 April 2022   07:28 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shahih Bukhari (sumber: muslim.or.id)

Ramadan hari pertama, ba'da tarawih saya mengikuti Kajian Ramadan yang membahas tentang Hadis. Berikut ini terjemahan hadis yang dibahas kali ini:

Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa ia diniatkan." (HR. al-Bukhari : 1).

Hadis ini adalah hadis pertama dalam kitab Shahih Bukhari. Hadis ini juga masuk ke dalam bab awal, yaitu bab permulaan wahyu kepada Nabi SAW.

Dalam Al-Quran, wahyu memiliki banyak arti. Pertama, wahyu berarti insting. Contohnya, lebah memiliki insting untuk membuat sarang (QS. An-Nahl: 68). 

Kedua, wahyu berarti ilham. Contohnya, dalam kisah Nabi Musa AS, Allah memberikan ilham kepada Ibunda Musa AS (QS. Al-Qashas : 7).

Ketiga, wahyu berarti syariat. Contohnya, Allah SWT telah memberikan wahyu kepada para nabi dan rasul (QS. An-Nisa' : 163).

Pembahasan tentang wahyu dimulai dengan hadis pertama diatas.

Sebelum kita membahas isi hadis tersebut, ada baiknya kita memahami asbabul wurud atau latar belakang sebab adanya hadis ini.

Asbabul wurud hadis ini berdasar pada kisah seorang laki-laki yang berhijrah karena ingin meminang seorang wanita muhajirin bernama Ummu Qois. Oleh karenanya, Nabi SAW bersabda bahwa semua perbuatan seseorang bergantung pada niatnya, dan balasannya juga sesuai dengan apa yang diniatkan.

Lantas, bagaimana jika perbuatan seseorang buruk tetapi diniatkan dengan baik? Perihal ini, ada yang berpendapat bahwa tidak semua niat yang baik, maka perbuatannya akan menjadi baik. Jika niatnya baik, tetapi perbuatannya buruk, maka disinyalir ada yang salah pada niatnya.

Misalnya, seorang siswa memberi contekan kepada teman dengan niat membantu teman agar lulus ujian. Jika ini terjadi, maka siswa tersebut perlu mengoreksi kembali niatnya. Ada banyak cara membantu teman lulus ujian, tanpa  harus dengan memberikan contekan.

Bicara tentang niat, maka ikhlas perlu dikedepankan. Ikhlas dalam ibadah artinya memurnikan ketaatan kepada-Nya, mukhlisina lahuddin (QS. Bayyinah : 5). Ikhlas juga bermakna mengerjakan sesuatu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, liwajhillah (QS. Al-Insan : 9).

Konsep ikhlas berkaitan erat dengan infak dan sedekah. Memberi infak dan sedekah bisa dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan memberi inspirasi. Bukan untuk pamer dan riya. Namun, jika bisa disembunyikan akan lebih baik (QS. Al-Baqarah : 271).

Al-Quran menyampaikan kepada kita untuk memberikan infak dan sedekah kepada orang fakir yang terikat di jalan Allah dan menjaga diri dari meminta-minta (QS. Al-Baqarah : 273).

Kini, kita sering melihat fenomena orang yang meminta-minta dan mengemis di jalan. Bahkan hal itu sudah dijadikan sebagai profesi. Orang yang seperti ini tidak termasuk ke dalam kategori orang yang melakukan kebajikan. Oleh karenanya, orang seperti ini tidak masuk ke dalam prioritas Al-Quran untuk ditolong (QS. Al-Maidah : 2).

Setelah kita memahami niat dan ikhlas,  sekarang mari kita sedikit membahas konsep hijrah yang juga termaktub dalam hadis ini. 

Saya teringat pada sebuah video penjelasan tentang hijrah yang saya tonton beberapa minggu lalu. Penjelasan diberikan oleh seorang profesor bidang Ilmu sosial dan humaniora dari Maroko, sebuah negara Islam di utara Afrika.

Awalnya beliau berpikir bahwa perbincangan tentang hijrah di dunia Islam saat ini hanyalah sebatas sebuah peristiwa sejarah masa lalu saja. 

Namun, pikirannya berubah ketika beliau bertemu sekelompok remaja yang rela meninggalkan kampung halamannya untuk berkhidmah di pedalaman Afrika. 

Ketika mereka ditanya mengapa kalian melakukan ini semua? Mereka menjawab dengan tulus dan ikhlas, "Kami berhijrah di jalan Allah."

Inilah potret hijrah yang masih kita bisa lihat di zaman sekarang ini. Hijrah yang didasari niat yang tulus dan ikhlas untuk berkhidmah kepada kemanusiaan. Rela berpindah meninggalkan kampung halaman demi tujuan mulia.

Kini, mari kita pikirkan. Siapkah kita mengikuti jejak mereka melakukan hijrah untuk berkhidmah?

Alhasil, semua perbuatan tergantung pada niatnya. Jika ada niatan yang tulus dan ikhlas disertai perbuatan yang baik, maka semua teladan baik yang dicontohkan Nabi SAW akan bisa terealisasi, menyesuaikan dengan perkembangan masa terkini.

* Artikel ini adalah refleksi Kajian Hadis Shahih Bukhari di Masjid Inti Iman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun