Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BBM Naik! Jangan Kesal Dulu

2 April 2022   22:25 Diperbarui: 2 April 2022   22:28 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BBM naik (sumber: Dok Pertamina via kompas.com)

1 April 2022, BBM naik! Jangan kesal dulu. Pemerintah hanya akan menaikkan BBM non-subsidi, yaitu pertamax. Sedangkan pertalite yang bersubsidi belum dinaikkan.

Saya memilih diksi "belum dinaikkan", karena saya masih khawatir akan ada kenaikan jenis BBM yang lainnya juga. Perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, membuat harga minyak dunia sepertinya masih akan melonjak.

Jika harga semakin melonjak, bukan tak mungkin BBM jenis lainnya akan ikut naik juga. Akibatnya, angka inflasi akan juga merangkak naik. Ujung-ujungnya, masyarakat yang terkena imbasnya.

Untungnya, jika hanya pertamax saja yang naik, inflasi tidak akan terlalu besar. Setidaknya itu yang disampaikan para pengamat. Karena menurut angka persentase, proporsi konsumen pertamax hanya sekitar 12 persen saja.

Sebelum harga BBM naik, harga gas, saudaranya BBM, sudah naik duluan. Entah mengapa kenaikan harga gas seolah tak terendus emak-emak. Kenaikan harga gas tak seheboh kenaikan harga minyak goreng tempo hari. 

Yang terakhir ini yang membuat heboh emak-emak. Antrian mengular dimana-mana. Konon katanya, ada yang sampai rela pergi ke tempat yang jauh hanya untuk seliter dua liter minyak. Yang mengenaskan, ada yang sampai meregang nyawa ketika mengantri minyak. Sungguh ironis.

Perkiraan saya, senyapnya kenaikan gas disebabkan karena tak diikuti kelangkaan barangnya. Ini yang berbeda pada kasus minyak goreng. Pasokan gas masih mencukupi, distribusi pun masih lancar, antrian pun tidak terjadi.

Kita berharap kenaikan BBM, khususnya pertamax, tak membuat pertalite langka. Karena pastinya banyak masyarakat yang terpaksa harus pindah ke pertalite. Mau tak mau, masyarakat akan beralih ke yang lebih murah.

Kasusnya mirip dengan kejadian minyak goreng. Ketika minyak premium harganya naik mengikuti harga pasar, masyarakat pindah membeli minyak curah. Meskipun kualitas rendah, minyak curah dipilih karena lebih sesuai dengan isi kantong.

Akhirnya, di beberapa tempat, minyak curah mengalami kelangkaan. Meskipun kita tak pernah tahu, langka ini benar-benar langka, atau hanya permainan para distributor atau penjual nakal yang menimbun barang.

Ada ketakutan hal yang sama akan terjadi pada pertalite, menyusul naiknya pertamax. Jika itu terjadi, kenaikan BBM ini akan menjadi isu heboh seperti halnya kasus kelangkaan minyak goreng. Kasus yang membuat Presiden didesak untuk turun tangan.

Isu BBM ini memang sangat seksi untuk dijadikan penggiringan opini. Isu ini juga sangat rentan dipolitisasi. Apalagi ditengah santernya isu politik tarik ulur penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden.

Isu politik ini riuh dibicarakan. Ketegasan Presiden tengah disorot publik. Meskipun sebelumnya Presiden penah berkomentar keras dan tegas tetang isu ini, tetapi kini publik memiliki asumsi lain.

Sikap Presiden yang mengatakan akan taat konstitusi, seolah membuka celah adanya kemungkinan perubahan konstitusi, yaitu amandemen UUD 1945. 

Wacana amandemen, memang sah, konstitusional, dan demokratis. Oleh karenanya wacana ini banyak dilontarkan para politisi yang menginginkannya terjadi.

Amandemen memang tak mudah. Ada jalur panjang dan berliku yang harus dilewati. Namun, hal ini bukan tidak mungkin terjadi.

Apalagi ada partai politik yang menyetujuinya. Segala celah akan dicari untuk mengajukan amandemen. Penggalangan dukungan akan terus dilakukan.

Jadi isu BBM ini sangat berkorelasi dengan isu politik. Bahkan bukan hanya berkaitan dengan politik dalam negeri, tetapi juga geopolitik luar negeri. 

Sebagai negara mantan eksportir minyak, kebutuhan minyak Indonesia kini bergantung dengan negara lain. Kita masih belum mampu lagi swasembada minyak seperti dulu.

Bicara geopolitik, perang Rusia-Ukraina tak pelak mengganggu pasokan dan distribusi minyak dunia. Ketika perang berkepanjangan, maka dampaknya akan sangat signifikan bagi negara kita. Ini yang belum banyak dipahami dan disadari masyarakat kita.

Presiden, sebagai pimpinan tertinggi negara, harus tampil terdepan mengurai konflik yang terjadi ini. Presiden, harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat. Presiden, semestinya mampu melindungi kepentingan rakyat, kepentingan bangsa dan negara. 

Ya, bukankah doktrin yang sama dipakai Presiden Putin? Menyerang Ukraina dengan alasan untuk menjaga kepentingan bangsa Rusia dari ancaman NATO dan sekutunya.

Kini kita menunggu langkah besar dari pemerintah untuk mengatasi semua permasalahan ini. Harapan kita sederhana, semoga BBM tidak akan naik lagi. Jadi, jangan kesal dulu ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun