Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perubahan Kecil

9 Januari 2022   10:00 Diperbarui: 9 Januari 2022   10:07 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami mau nonton Resident Evil Pak," jawab salah seorang siswa ketika saya tanya apa kegiatan asrama di malam minggu ini. Film Resident Evil: Welcome to Raccoon City adalah sebuah film baru yang bisa dibilang bergenre thriller horror yang mulai tayang di bioskop di akhir tahun 2021.

Karena saya bukan seorang Sufi (Suka Film), saya menanggapinya dengan datar dan biasa saja. Namun, judul Resident Evil rasanya tidak asing lagi dan sering terdengar di telinga saya. Saya pun refleks mencari tahu tentangnya di internet melalui ponsel saya.

Di internet saya mendapatkan kutipan dari buku Enter The Survival Horror... A Resident Evil Retrospective,  yang menuliskan, "Resident Evil, yang dikenal di Jepang sebagai Biohazard, adalah serial permainan video horor Jepang dan waralaba media yang dibuat oleh Capcom. Ini terdiri dari game survival horror, third-person shooter, dan first-person shooter. Waralaba telah berkembang menjadi serial film aksi langsung, film animasi, serial televisi, buku komik, novelisasi, novel, drama audio, dan media serta barang dagangan lainnya."[1]

Ketika saya melakukan pencarian lebih lanjut, saya mendapatkan berita yang mengatakan bahwa para penggemar game resident evil agak sedikit kecewa dengan film layar lebar terbaru resident evil ini. Sebabnya, sutradara film ini agak sedikit merubah alur cerita dan menambah karakter baru yang tidak ada di versi gamenya.

Ya, perubahan memang tidak selalu disukai, apalagi bagi orang-orang yang sudah menikmati kondisi sebelumnya atau orang yang sudah berada pada comfort zone. Perubahan bisa membuat mereka khawatir, jangan-jangan dengan adanya perubahan, kenyamanan hidup akan terganggu atau resiko perubahan yang terkadang menyulitkan.

Sebaliknya, perubahan bisa sangat diidam-idamkan. Biasanya ini terjadi pada kondisi yang kurang mengenakkan. Para politikus biasanya menggunakan kata perubahan ini untuk mengusung elektabilitasnya di masyarakat. Narasi kondisi keamanan negara yang terancam, ekonomi yang buruk, politik yang gaduh, dan hukum yang tidak adil digunakan sebagai dasar perlu adanya perubahan.

Perubahan juga sering digunakan oleh para motivator ketika memberikan ceramah atau seminar motivasi kepada clientnya. Kata perubahan menjadi kata kunci bagi seorang motivator dalam memberikan materinya. 

Perubahan ini juga bisa dijadikan parameter berhasil tidaknya seorang motivator. Jika terjadi banyak perubahan pada diri client setelah mengikuti ceramah atau seminar motivasi dari dirinya, maka sang motivator pasti akan laku keras dan akan dicari banyak orang.

"Lakukan perubahan kecil dalam hidupmu, niscaya kamu akan melihat perbedaannya," kalimat ini mungkin yang sering kita dengar dari para motivator ketika memberikan ceramah atau seminar motivasi. Kalimat ini yang seolah menjadi senjata ampuh bagi seorang motivator agar bisa sukses mengubah seseorang.

Mengapa? Karena sejatinya perubahan kecil lebih mudah dilakukan daripada perubahan besar. Perubahan kecil lebih sedikit resikonya daripada perubahan besar. Perubahan kecil lebih besar kemungkinannya untuk berhasil daripada perubahan besar yang memiliki risiko besar terjadinya kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun