Meskipun secara nama, jalan-jalan pagi ini tidak bisa dikatakan ngabuburit karena dilakukan di pagi hari, akan tetapi sebenarnya aktivitas yang dilakukan sama saja dengan ngabuburit.
Seperti halnya ngabuburit, jalan pagi selepas subuh di bulan Ramadan ini juga lebih banyak dilakukan oleh para remaja. Akan tetapi tidak sedikit anak-anak yang ikut juga, seperti halnya diriku bersama teman-teman masa kecilku.
Ngabuburit jalan pagi biasanya dilakukan selepas shalat subuh berjamaah. Para remaja dan anak-anak tumpah ruah memenuhi jalan-jalan di kampungku.
Kebetulan, di kampungku juga ada sebuah danau kecil yang memisahkan antara kampungku dengan kampung tetangga.Â
Biasanya, muda-mudi berkumpul dan berjalan untuk sekedar mengelilingi danau tersebut sambil menunggu terbitnya matahari.Â
Mereka saling bercengkrama satu sama lain dengan riang gembira, menikmati udara pagi yang menyegarkan.
Selain udara segar, pemandangan danau pun begitu eksotis. Para remaja menunggu pantulan sinar mentari pagi dari permukaan air danau yang terlihat begitu indah di mata. Pancaran sinarnya juga menambah tentram suasana pagi Ramadan.
Sisi baik ngabuburit pagi adalah mencegah para remaja dan anak-anak untuk langsung tidur lagi selepas subuh. Selain itu ngabuburit pagi juga bisa dijadikan cara untuk mentadabburi keindahan alam cipataan Tuhan.Â
Namun, ada juga sisi buruknya jika ngabuburit pagi justru dilakukan dengan tujuan menghabiskan waktu luang atau tujuan yang tidak jelas lainnya.
Sebuah Nostalgia
Itulah nostalgia ngabuburit pagi yang sulit kulupakan. Kini, suasana ngabuburit pagi di kampungku sulit untuk disaksikan lagi. Meskipun danau masih tetap ada, tetapi tidak banyak remaja yang mengelilinginya lagi.Â
Entah mengapa, remaja dan anak-anak sekarang lebih asyik tinggal di rumah bermain dengan gadgetnya. Mungkin, mereka kini lebih suka untuk berinteraksi di media sosial daripada harus repot-repot keluar rumah di pagi hari.