Tahun lalu, di tengah isu politik dan keagamaan, Hagia Sophia dikembalikan kembali ke fungsinya sebagai masjid oleh pemerintah yang berkuasa saat ini.
Ramadanku di Negeri Orang
Saya beruntung pernah berkesempatan untuk berkunjung dan menuntut ilmu di negara Republik yang didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk ini.
Sekitar tahun 2003, saya mendapatkan beasiswa dari para pengusaha Turki yang tergabung dalam sebuah yayasan sosial dan pendidikan.
Sekitar bulan Juli tahun itu, saya berangkat ke Istanbul dari Jakarta. Ketika pertama kali mendarat di Istanbul saya langsung merasakan aura magis kota yang indah ini. Saya juga menemukan budaya kehidupan yang sedikit berbeda dari yang saya bayangkan.
Dalam proses adaptasi tinggal di Turki, saya sedikit mengalami kesulitan. Perbedaan bahasa, iklim, budaya, dan makanan membuat saya harus berjuang untuk bisa membiasakan diri.
Terkait makanan, perbedaan mendasar adalah makanan utamanya. Makanan utama di Turki adalah roti, bukan nasi. Nasi hanya dihidangkan sesekali saja.Â
Sebagai orang Indonesia yang tidak lepas dari nasi, pastinya akan sangat kesulitan. Bukankah kita tidak merasa makan jika belum ada nasi?
Hal ini yang membuat saya sedikit kesulitan, apalagi selera lidah Indonesia saya yang memang sangat berbeda dengan rasa masakan yang ada di Turki.
Ketika saya mencoba beradaptasi, datanglah bulan Ramadan. Ramadan yang membawa berkah bagi kehidupan saya. Ramadan seolah menjadi titik balik buat saya untuk bisa membiasakan makan makanan Turki.
Di bulan ini, para pengusaha yang menjadi donatur yayasan yang memberikan saya beasiswa, hampir setiap hari mengundang saya untuk berbuka puasa di rumah mereka.
Momen berbuka inilah yang menjadi momen bagaimana saya bisa merasakan lezatnya masakan Turki.Â