Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambut Ramadhan, Ucapkan Permohonan Maaf dengan Rasa

9 April 2021   11:17 Diperbarui: 9 April 2021   11:25 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Ramadhan (homemydesign.com via kompas.com) 

Sebentar lagi bulan Ramadhan datang menghampiri kita. Bagi umat Muslim, bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa. Bulan ini adalah bulan suci dimana semua orang berlomba-lomba dalam beribadah dan melakukan kebajikan.

Atmosfer maknawi sangat terasa di bulan ini. Siangnya, malamnya, setiap saat tempat ibadah penuh sesak didatangi oleh para pencari keberkahan. Setiap penggalan waktu yang terlewatkan di dalamnya terasa menjadi air penyejuk dahaga bagi orang yang membutuhkan.

Menyambut Bulan Ramadhan

Tak heran, jika semua umat Muslim sangat menunggu-nunggu datangnya bulan Ramadhan ini. Bahkan, datangnya bulan ini disambut jauh-jauh hari sebelum bulan ini datang.

Di beberapa daerah, pada dua bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan, meriahnya penyambutan Ramadhan mulai terasa riuhnya. Dua bulan sebelumnya adalah bulan Rajab dan Sya'ban. Dalam Islam, bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan memang biasa disebut tiga bulan yang dimuliakan.

Berbagai macam acara dan kenduri dilakukan untuk menyemarakkan bulan Rajab dan Sya'ban. Ada malam-malam penuh berkah berada di dua bulan mulia ini. Di antaranya, malam ragaib, malam isra miraj, dan malam nisfu Sya'ban. Dua bulan ini diibaratkan dengan masa persiapan menuju bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa Rajab itu bulan menanam, Sya'ban itu bulan menyiram, Ramadhan bulan memanen. Menanam dan menyiram adalah proses persiapan, sedangkan memanen adalah menuai hasilnya.

Ya, bulan Ramadhan adalah hasilnya. Bulan Ramadhan adalah puncaknya. Bulan Ramadhan adalah sultannya para bulan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu membawa atmosfer berbeda dalam kehidupan.

Wajar saja, jika masyarakat begitu serius mempersiapkan diri memasuki bulan suci Ramadhan. Baik persiapan fisik maupun persiapan psikologis. Baik persiapan habluminallah maupun habluminannas.

Mengucapkan Permohonan Maaf dengan Rasa

Salah satu persiapan habluminannas adalah dengan saling memaafkan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Di era teknologi komunikasi digital seperti saat ini, kegiatan saling memaafkan sangat mudah dilakukan. Maraknya media sosial bisa dijadikan alat yang bermanfaat untuk memudahkan silaturahmi. Caranya pun semakin kreatif dan terkadang unik untuk dilakukan.

Namun, penggunaan teknologi bukan tanpa cela. Meskipun teknologi itu mempermudah, akan tetapi penggunaannya seharusnya memperhatikan rasa dalam diri manusia.

Misalnya, sebelum datangnya bulan Ramadhan di grup-grup WA kita pastinya akan berseliweran ucapan permintaan maaf dari seluruh anggota grup.

Saking banyaknya, terkadang membuat kita malas untuk membaca semuanya. Terkadang kita mungkin hanya akan meng scrollnya saja ke bawah. Mungkin juga, semua pesan yang masuk ke grup WA akan tenggelam bersama arus pesan berantai yang tak hentinya masuk ke grup WA tersebut.

Jika kita ingin pesan permohonan maaf kita memiliki rasa, cara penyampaiannya perlu diperhatikan. Ada baiknya pesan disampaikan melalui pesan pribadi kepada orang yang kita tuju. Hal ini akan menyebabkan penerima pesan lebih merasa diperhatikan. Akhirnya, mereka akan tergugah untuk membaca dan membalasnya.

Selain cara penyampaian pesan, isi dan narasi penyampaian pesan juga penting untuk diperhatikan. Pesan yang di copy paste atau di forward dari orang lain atau dari sumber-sumber yang lain, terkadang dapat menafikan rasa yang ada di dalam pesan.

Untuk menghindari ini, ada baiknya kita bisa membuat pesan kita sendiri. Jika itu sulit dilakukan, setidaknya kita bisa memodifikasi pesan yang kita dapatkan dari orang lain atau sumber lain. Caranya, dengan menambahkan narasi pesan yang baik dan disesuaikan dengan kepada siapa pesan tersebut akan ditujukan.

Sebuah Refleksi

Memang, jika kita lihat esensinya, tidak menjadi permasalahan jika kita mengirimkan pesan ucapan permohonan maaf dengan cara apapun, selagi niat kita tulus untuk melakukannya. Sebenarnya, niat kita untuk mengirimkan pesan saja sudah menjadi sesuatu yang bernilai baik, daripada kita tidak mempedulikannya sama sekali.

Namun, jika kita bisa melakukannya dengan cara yang lebih elegan, nilainya pasti akan lebih berharga dan bermakna, rasanya pun tak akan hampa. 

Semua ini kita lakukan dalam rangka membumbui rasa spesial dari pesan ucapan permohonan maaf yang ingin kita sampaikan. Karena sejatinya, setiap manusia suka dispesialkan dan diistimewakan.

Sebenarnya, cara terbaik mengucapkan permohonan maaf adalah dengan langsung menemui atau bersilaturahmi dengan orang yang ingin kita pintakan maafnya.

Jika ini sulit dilakukan, setidaknya meneleponnya secara pribadi akan lebih memiliki rasa bagi orang yang menerimanya. Meskipun terkesan menyulitkan, akan tetapi sangat berharga untuk dilakukan. Dengan ucapan yang keluar langsung dari mulut kita, keikhlasan dan ketulusan meminta maaf akan lebih terasa.

Alhasil, datangnya bulan suci Ramadhan tidak hanya memiliki makna ibadah bagi umat Muslim, akan tetapi banyak makna sosial di dalamnya.

Kedatangan bulan Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana sebaiknya kita berinteraksi dan bersilaturahmi dengan sesama.

Penggunaan teknologi komunikasi memang penting dalam interaksi, akan tetapi tidak seharusnya teknologi menghilangkan rasa indahnya bersilaturahmi diantara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun