"Sehari lagi pengumumannya... tambah dag dig dug..." Itu isi status WA salah satu orangtua yang anaknya duduk di kelas XII kemarin. Tak terasa memang, hari ini (22 Maret 2021) akan ada pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2021.Â
Saya sebagai guru berharap-harap cemas juga menunggu hasilnya, seperti juga orangtua tersebut. Sudah barang tentu, yang lebih cemas lagi adalah siswanya. Tak pelak, momen pengumuman ini mungkin bisa menjadi momen terindah yang akan selalu ia kenang selama hidupnya.
Seleksi Masuk PTÂ
Memang, tidak semua siswa berhak mendaftar mengikuti SNMPTN. Peserta dibatasi kuota yang diberikan panitia berdasarkan nilai akreditasi sekolah.Â
Untuk tahun 2021, sekolah terakreditasi A hanya bisa mengirimkan 40% dari jumlah siswanya. Siswa yang berhak mengikuti SNMPTN diperingkat oleh sekolah berdasarkan nilai rapotnya.
Jalur SNMPTN ini memang tidak berdasarkan kepada hasil tes. Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebagai panitia hanya melihat kompetensi siswa berdasarkan nilai rapor dan prestasinya di sekolah.Â
Prestasi siswa dibuktikan dengan sertifikat-sertifikat yang pernah diraihnya selama menempuh pendidikan di SMA.
Selain SNMPTN, sebenarnya ada juga Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Mandiri. Kedua seleksi berdasarkan hasil nilai dari tes yang dilakukan. Untuk SBMPTN tesnya bernama Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), sedangkan tes seleksi mandiri dilaksanakan perguruan tinggi secara mandiri dengan nama dan waktu yang beragam.
Kuota seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun ini tidak banyak berbeda dengan tahun lalu. Untuk SNMPTN perguruan tinggi minimal harus memberikan kuota 20% dari kursi yang tersedia, sedangkan untuk SBMPTN minimal 40%, dan seleksi mandiri maksimal 30%.Â
Tahun ini, LTMPT memberikan aturan khusus bagi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). PTN-BH berhak menaikkan kuota jalur seleksi mandiri menjadi 50% dan menurunkan kuota SBMPTN minimum 30%. Ada sekitar 12 perguruan tinggi top di negeri ini yang bisa menggunakan kuota ini.
Berdasarkan hal-hal tersebut, SNMPTN sebenarnya memiliki kuota yang relatif sedikit dibandingkan dengan jalur lain. Oleh karenanya, persaingannya pun semakin ketat.Â
Konsekuensinya, siswa jangan sampai terlalu terlena dengan hasil SNMPTN. Jika memiliki kesempatan mendaftar melalui jalur SNMPTN siswa semestinya bisa menggunakannya dengan baik. Pilihan jurusannya pun harus dipikirkan benar-benar matang.
Menurut peraturan terbaru, jika siswa diterima melalui jalur SNMPTN 2021, maka ia tidak memiliki lagi kesempatan untuk mengikuti SBMPTN 2021. Bahkan beberapa perguruan tinggi yang melakukan seleksi tes mandiri pun secara tidak langsung menutup kesempatan siswa yang telah lulus SNMPTN untuk mengikuti tes seleksi mandiri.
Jadi, jika siswa lulus melalui SNMPTN pada jurusan yang tak disukainya, kesempatan untuk mengubah pilihan dengan mengikuti tes seleksi jalur lain, hampir dikatakan sangat kecil kemungkinannya.Â
Oleh karenanya, siswa benar-benar memerlukan pendampingan dalam memilih jurusan pada jalur SNMPTN ini agar tidak salah memilih jurusan dan perguruan tinggi.
Memilih Jurusan dan PT
Mungkin pemilihan jurusan dan perguruan tinggi di SNMPTN telah berlalu. Namun, memilih jurusan bukan hanya penting pada tahap seleksi SNMPTN.
Pada jalur SBMPTN dan seleksi mandiri juga memerlukan kecermatan dalam memilih jurusan dan perguruan tinggi. Untuk SBMPTN, tahun ini sistem pemilihan jurusan dan perguruan tinggi kembali ke sistem lama.
Dua tahun lalu, tepatnya pada SBMPTN 2019, pemilihan jurusan perguruan tinggi dilakukan setelah nilai UTBK diketahui. Tahun ini, siswa akan memilih jurusan dan perguruan tinggi bersamaan pada saat mendaftar UTBK. Artinya, sistem SBMPTN kembali ke sistem lama. Siswa akan memilih jurusan dan perguruan tinggi tanpa mengetahui nilai UTBK yang diraihnya.Â
Sebenarnya, SBMPTN tahun 2020 juga sudah kembali ke sistem yang lama tersebut. Namun, SBMPTN tahun 2020 tidak bisa dijadikan patokan karena diadakan dalam kondisi yang tidak idea.Â
Kala itu, UTBK diadakan di tengah pandemi yang baru saja mulai mewabah. Semua dilakukan dengan sangat hati-hati dan dilakukan modifikasi. Yang paling mengagetkan UTBK 2020 hanya menggunakan materi Tes Potensi Skolastik (TPS) saja, dengan meniadakan Tes Kompetensi Akademik (TKA).
Memilih jurusan dan perguruan tinggi, sebelum atau sesudah UTBK sebenarnya tak ada bedanya. Setidaknya, siswa harus memastikan jurusan dan perguruan tinggi yang dituju. Untuk memastikan jurusan siswa harus menyesuaikan dengan minat dan bakatnya, sedangkan untuk memilih perguruan tinggi siswa harus memperhatikan kapasitas kemampuannya.Â
Untuk mengetahui minat dan bakat, yang paling utama adalah siswa harus mengenal potensi dirinya sendiri. Untuk mengenal potensi diri, siswa juga bisa berdiskusi dengan orangtua dan guru untuk bisa menentukan jurusan mana yang cocok untuk dirinya.Â
Sebagai alat bantu, banyak sekali tes kepribadian yang bisa digunakan, baik yang gratis maupun yang berbayar. Siswa bisa juga mencari layanan konsultasi dari para ahli yang memang mumpuni di bidang ini.
Semua masukan dan opini mengenai pemilihan jurusan bisa dijadikan referensi sebelum benar-benar memutuskan. Jangan sampai keputusan hanya berdasarkan satu opini yang dominan saja. Semakin banyak opini dan masukan, semakin rasional dan relevan keputusan yang akan diambil nantinya.
Memang, terkadang bagi sebagian orang terlalu banyak opini malah membuat bingung. Hal itu terjadi disebabkan karena mereka malas untuk melakukan analisis, menimbang-nimbang, dan berpikir lebih dalam untuk menentukan pilihan keputusannya. Semuanya mau dilakukan serba instan.Â
Padahal, jika mau menganalisis lebih dalam, banyaknya opini dan data akan lebih mempermudah dalam mengambil keputusan. Nantinya, keputusan yang diambil pun akan lebih sesuai dengan potensi minat dan bakat yang sesungguhnya.
Begitupun dalam memilih perguruan tinggi, siswa harus memiliki data yang lengkap. Yang utama, siswa perlu memiliki data kuantitatif nilai-nilai uji coba (try out) yang telah diikuti.Â
Uji coba yang baik adalah uji coba yang dilakukan semirip mungkin dengan kondisi ujian sebenarnya, baik dari sisi teknis pelaksanaan maupun dari kualitas soal yang disuguhkan.Â
Selain itu, untuk mengetahui daya saing masuk perguruan tinggi, uji coba yang baik seharusnya diikuti oleh jumlah siswa yang banyak dan sampel siswa yang beragam.Â
Data dari hasil uji coba yang dilakukan seperti ini akan lebih akurat untuk digunakan sebagai alat perbandingan dengan tingkat keketatan atau tingkat persaingan masuk suatu perguruan tinggi pada jurusan yang dituju.
Hal yang tak kalah penting dalam memilih perguruan tinggi adalah terkait finansial, akomodasi, dan lingkungan tempat kuliah. Setiap perguruan tinggi memiliki ciri khasnya masing-masing.Â
Kota tempat dimana perguruan tinggi itu berada juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Kondisi lingkungan yang mencakup sosial dan budaya tempat perguruan tinggi berada juga perlu diperhatikan.Â
Siswa dan orangtua juga perlu memikirkan dan mengkonsiderasi hal-hal tersebut. Pasalnya, semua hal tersebut akan menentukan kenyamanan orangtua dan siswa ketika menjalani perkuliahan.
Alhasil, SNMPTN yang akan diumumkan hari ini hanyalah salah satu alternatif jalur untuk masuk ke perguruan tinggi. Bagi yang belum beruntung, masih ada alternatif jalan-jalan yang lain. Terlepas dari hanya memperhatikan bagaimana bisa terseleksi masuk perguruan tinggi, yang lebih penting adalah siswa harus bisa memilih jurusan dan perguruan tinggi yang sesuai dengan potensi dan karakter dirinya. Jangan sampai terjadi penyesalan kedepannya.
Saya ucapkan selamat bagi siswa-siswa yang sudah diterima melalui jalur SNMPTN. Bagi yang belum diterima semoga masih tetap semangat, masih banyak jalan untuk menggapai tujuan dan meraih cita-cita kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H