Di luar perbedaan pendapat apakah Presiden Jokowi melanggar protokol kesehatan atau tidak, ada pejabat negara yang lebih melihat hal ini dengan kepala dingin.
Diberitakan kompas, Rabu (24/2/2021), anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay menilai, pihak protokoler kepresidenan harus dievaluasi menyusul adanya kerumunan warga saat Presiden Joko Widodo mengunjungi Maumere, Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/2/2021). Dalam hal ini, beliau tak menyalahkan Presiden, tetapi protokoler kepresidenan.
Monitor, Kontrol, dan Evaluasi
Membaca ini saya teringat webinar manajemen perencanaan yang saya ikuti kemarin. Dalam webinar tersebut saya mendapatkan tiga hal baru yang penting terkait perencanaan sesuatu, yaitu monitor, kontrol, dan evaluasi.
Ketiga hal ini bisa dilihat ketika dilakukan implementasi sebuah perencanaan. Ketiga hal tersebut biasanya dipahami sama oleh masyarakat. Padahal, jika mau ditilik lebih jauh ketiganya memiliki perbedaan yang sangat fundamental.
Saya memahami ketiganya sebagai sebuah tahapan.
Tahapan pertama, monitor. Dalam tahapan monitor kita membandingkan apa yang sedang terjadi dengan apa yang kita harapkan dari perencanaan yang telah kita buat.
Tahapan kedua, kontrol. Dalam tahapan kontrol terjadi aksi perbaikan (corrective action) jika terasa perencanaan yang kita buat tidak berjalan dengan baik.
Tahapan ketiga, evaluasi. Dalam tahapan evaluasi terjadi refleksi keseluruhan dari perencanaan. Perencanaan dievaluasi apakah benar-benar sudah tercapai sesuai dengan harapan. Evaluasi ini digunakan untuk membuat perencanaan selanjutnya.
Dalam konteks kerumunan di Maumere, sekarang memang seharusnya sudah ada pada tahap evaluasi. Di dalam evaluasi ini seharusnya juga diungkap apakah dalam pelaksanaan protokoler kepresidenan kala peristiwa itu terjadi sudah ada monitor dan kontrol yang dilakukan atau belum.
Menurut argumen saya, monitor dan kontrol sudah dilakukan. Protokoler kepresidenan pastinya sudah membaca terjadinya kerumunan warga yang berpotensi melanggar protokol kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Dalihnya adalah adanya spontanitas dan antusiasme masyarakat.
Lantas, kemudian dilakukan tindakan perbaikan (corrective action) untuk mengontrol kerumunan dengan cara Presiden Jokowi keluar darisunroof mobil dan membagikan hadiah dengan harapan kerumunan akan terurai.