Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian yang Tersembunyi bagi Manusia

24 Februari 2021   20:59 Diperbarui: 24 Februari 2021   21:19 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa Ujian (Dok. Pemkot Surabaya via kompas.com)

"Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kemampuan kepadamu untuk melewati ujian ini dengan baik," kata seorang guru untuk memberi semangat siswanya sebelum memulai ujian.

Kalimat nasihat yang keluar dari mulut guru tersebut bukan tanpa perhitungan. Ada makna tersembunyi di dalamnya. Selain memiliki makna motivasi, kalimat nasihat itu juga mengajarkan siswa untuk bersikap tawadhu dan tidak menyombongkan diri.

Memaknai Nasihat Guru

Mari kita perhatikan lebih dalam kalimat nasihat guru tersebut. Kalimat nasihat itu memiliki dua sisi makna. Makna kalimat nasihat itu bisa dipahami dari sisi jasmani dan sisi rohani manusia.

Dari sisi jasmani, guru tersebut memberikan motivasi kepada siswanya bahwa ia bisa melewati ujian itu dengan baik. Namun, hal itu tidak begitu saja terjadi, pastinya memerlukan usaha dan kerja keras. Artinya, guru meyakini bahwa dengan usaha dan kerja keras yang dilakukan dalam belajar, ujian akan menjadi hal yang mudah dan tak perlu ditakuti siswa.

Dari sisi rohani, guru tersebut memberikan keyakinan kepada siswa bahwa Tuhan selalu memberikan ujian kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuannya. Artinya, jika kini siswa harus menghadapi ujian, itu menunjukkan bahwa sebenarnya ia memang memiliki kemampuan untuk melewatinya.

Ya, perlu diingat bahwa segala sesuatu memang datangnya dari Tuhan. Ini yang terkadang terlupakan oleh manusia, terutama ketika memperoleh keberhasilan dalam melakukan sesuatu. Manusia cenderung menunjukkan kesombongannya, merasa dirinya sendiri yang menjadi penyebab keberhasilan.

Misalnya, ketika siswa berhasil melewati ujian dengan baik, terkadang siswa lupa bahwa sebenarnya ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Mungkin bisa saja siswa berpikir bahwa keberhasilan ini adalah hasil usaha dan kerja kerasnya sendiri.

Rasa sombong dan membesarkan diri sendiri inilah yang sebenar-benarnya ujian bagi manusia. Ujian ini adalah ujian yang tersembunyi. Tanpa diketahui dan disadari, sebenarnya manusia selalu menghadapi ujian seperti ini. Ujian inilah yang sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan sekedar ujian yang dihadapinya di kehidupan dunia.

Memahami Kebesaran Tuhan

Coba kita pikirkan keadaan kita sekarang. Disaat kita berhasil dalam melakukan sesuatu, apakah tak terbesit di benak kita bahwa sesungguhnya kita tak layak dengan keberhasilan ini? Tak pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa manusia biasa seperti kita ini, bagaimana mungkin bisa melakukan hal sebesar ini?

Jika kita tidak menyematkan ini semua kepada Tuhan, sulit rasanya untuk bisa memahaminya. Sebenarnya, untuk menunjukkan kebesarannya, Tuhan membuat kita sebagai makhluk yang biasa ini, bisa dan mampu melakukan hal-hal besar. Bahkan terkadang hal-hal besar itu berada diluar kemampuan kita.

Hal ini juga bisa kita pahami ketika kita memperhatikan entitas yang ada di alam semesta ini. Semua entitas makrokosmos yang ada di alam semesta ini semua berasal dari alam mikrokosmos berupa partikel-partikel kecil yang bernama atom. Bahkan di dalam atom masih ada sub partikel yang lebih kecil lagi berupa proton, neutron, dan elektron.

Oleh karenanya, Tuhan menciptakan sesuatu yang besar (makrokosmos) dari sesuatu yang kecil (mikrokosmos). Ini semua bisa kita pandang sebagai sebuah adatullah atau sunnatullah. Inilah kebesaran Tuhan yang patut kita renungi bersama.

Sebuah Refleksi

Ya, segala sesuatu terjadi atas kehendak dan kebesaran Tuhan, bukan karena diri kita. Bahkan kemampuan yang kita miliki dalam kehidupan di dunia ini pun juga diberikan Tuhan. Maka dari itu, tak elok rasanya jika kita menyombongkan diri kita sendiri.

Di satu sisi, kita harus yakin atas kemampuan yang kita miliki, tetapi di sisi lain kita harus menunjukkan ketawadhuan, kelemahan, dan kepapaan diri kita di hadapan Tuhan. Kita harus mampu mengarahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.

Sifat ketawadhuan atau kerendahan hati ini perlu kita pupuk di dalam diri kita dan di dalam diri orang-orang yang ada di sekitar kita. Menunjukkan diri sebagai seorang yang biasa saja, dengan bersikap tawadhu di masyarakat adalah sebuah fadhilah yang sangat besar. Tidak seharusnya kita menonjolkan diri kita dengan kesombongan dan membesarkan diri sendiri.

Ketika kita dipercaya dan mampu melakukan sebuah pekerjaan besar, maka semua mata akan tertuju kepada kita. Pada saat itulah kita sangat mungkin untuk terjerembab di jurang kesombongan. Sejatinya, segala kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada kita itu, pada saat yang sama, kita harus memandangnya sebagai sebuah ujian tersembunyi yang perlu kita hadapi.

Layaknya siswa yang melakukan ujian, kita harus memiliki keyakinan bahwa kita bisa melewatinya dengan baik. Namun, itu semua terjadi bukan karena diri kita. Semua terjadi karena kebesaran Tuhan.

Sifat ketawadhuan itulah yang menunjukkan kebesaran manusia, bukan kesombongannya. Seperti halnya yang pernah dikatakan oleh para ulama, "Tanda kebesarannya orang besar adalah ketawadhuan, tanda kekerdilannya orang kecil adalah kesombongan."

Alhasil, dalam agama kesombongan dan membesar-besarkan ego pribadi dan golongan bisa membawa manusia kepada syirik yang tersembunyi (syirik khafi).

Syirik adalah dosa besar dan syirik khafi selalu menjadi ancaman besar dalam kehidupan kita . Oleh karenanya, kita harus sesering mungkin memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar bisa terhindar darinya.

[Baca Juga: Mencetak Generasi yang Mencintai Hakikat Keilmuan]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun