Tempat tinggal kos memang didesain untuk mahasiswa tinggal sendiri di dalam petak-petak ruangan. Hal ini membuat kos tidak bisa membentuk interaksi yang sehat antar penghuninya. Tak ada kehangatan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang terbentuk di dalam kos-kosan.
Untuk berbicara tentang pengembangan diri di dalam kos, rasanya sangat jauh sekali, bahkan bisa dikatakan tidak ada kos yang memikirkan hal ini. Kriteria yang mungkin terpenuhi dari kos adalah fasilitas, itu pun bisa didapatkan dengan harga yang tidak bisa dibilang murah.Â
Oleh karenanya, perlu adanya desain baru untuk memfasilitasi para mahasiswa yang istimewa ini. Dari sinilah muncul pemikiran untuk membentuk konsep rumah belajar yang bisa memenuhi keempat kriteria tersebut.
Konsep rumah belajar inilah yang dikenalkan oleh pembicara pada diskusi kita kali ini. Rumah belajar yang dimaksud memiliki tujuan untuk melejitkan para mahasiswa penghuni rumah belajar tersebut.
Pembicara menggunakan analogi benih dan pot untuk menjelaskan hal ini. Benih dianalogikan sebagai mahasiswa, pot dan isinya dianalogikan sebagai rumah belajar. Dengan pot yang terisi tanah yang subur, benih berpotensi untuk bisa tumbuh dengan baik.Â
Sudah pastinya, perlu ada tangan juga yang membantu untuk menyiramkan air kepada benih di dalam pot tersebut. Tangan yang menyiramkan air itulah yang kini menjadi tugas yang diemban pembicara sebagai pembina di rumah belajar.
Alhasil, mahasiswa adalah aset yang ada di masyarakat yang perlu diperhatikan perkembangannya. Terkadang kita terlena dengan memberikan kebebasan penuh kepada mereka, tanpa memberikan perhatian yang serius. Padahal sejatinya, mereka masih sangat membutuhkan bimbingan untuk bisa mengarungi kehidupan.
Kebebasan memang perlu diberikan kepada mahasiswa, tetapi di dalam kebebasan juga perlu ada keteraturan. Inilah fitrah manusia yang selalu menginginkan keteraturan.
Menjadi tugas kita bersama untuk membentuk wadah sebagai tempat tinggal yang tepat agar para mahasiswa bisa mengekspresikan dirinya secara bebas di dalam keteraturan. Inilah konsep kebaruan yang perlu kita kedepankan.
[Baca Juga: Makna Kata "Rutin" dalam Membiasakan Siswa Membaca]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H