Pernyataan ini mungkin akan membuat kecewa beberapa pengamat lingkungan dan rakyat yang memberikan perhatian kepada kelestarian lingkungan.Â
Mengapa? Dilansir dari kompas.com, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono, mencatat 50% dari lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.[2]
Sebagai seorang lulusan dari fakultas kehutanan, Presiden sejatinya sudah sangat paham apa korelasi antara data yang diberikan Walhi Kalsel dengan banjir yang terjadi. Entah mengapa persoalan ini tidak disoroti Presiden, hanya Presiden yang tahu.
Seolah tahu apa yang akan terjadi, beberapa saat sebelum kedatangan Presiden ke Kalsel, tokoh masyarakat yang juga merupakan salah satu calon gubernur Kalsel pada pilkada lalu Denny Indrayana mengeluarkan aspirasi terbuka kepada Presiden terkait banjir Kalsel di media sosial miliknya.
Salah satu isinya adalah mengenai investasi yang seharusnya bersahabat dengan lingkungan. Denny juga menyampaikan data yang dirilis Walhi bahwa ada 814 lobang tambang batubara yang memerlukan penegakan hukum dan reklamasi dari 157 perusahaan. Denny menyoroti daya dukung lingkungan dan dampak lingkungan yang terjadi karena menipisnya hutan akibat pembukaan lahan untuk tambang dan kelapa sawit.[3]
Itulah beberapa polemik terkait bencana banjir di Kalsel. Saya patut bersyukur, walaupun saya tinggal di Kalsel, daerah saya tidak terdampak banjir. Tetapi saya sempat khawatir dan berharap-harap cemas. Berharap bencana segala berakhir, banjir segera surut, tetapi juga cemas karena berdasarkan perkiraan cuaca, curah hujan masih akan sangat tinggi di beberapa hari kedepan.Â
Dalam agama, harap-harap cemas ini disebut khauf dan raja'. Khauf adalah perasaan takut terhadap siksa dan keadaan yang tidak mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa yang telah diperbuat. Sedangkan raja' adalah perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karenanya, rasa takut yang kita miliki jangan sampai membuat kita putus harapan.Â
Penjelasan Imam Ghazali mengenai khauf dan raja' patut kita renungi. Imam Ghazali pernah ditanya, manakah yang lebih utama di antara khauf dan raja'? Untuk menjawab pertanyaan itu, Sang Imam balik bertanya, "Mana yang lebih enak, roti atau air?"Â Bagi orang yang lapar, roti lebih enak. Bagi yang kehausan, air lebih enak. Jika rasa lapar dan haus hadir bersamaan dan kedua rasa ini sama-sama besar porsinya, maka roti dan air perlu diasupkan bersama-sama.
Sayangnya, di zaman yang penuh kelaparan dan kehausan seperti sekarang ini, kita hanya punya roti atau air saja. Tidak punya keduanya. Kebanyakan kita memiliki rasa takut akan bencana yang kita hadapi, tetapi rasa takut tidak diikuti harapan. Padahal, rasa takut hanya akan bisa diimbangi dengan harapan kasih sayang dan rahmat yang akan diberikan Tuhan kepada kita.
Alhasil, bencana banjir ini harus kita jadikan wasilah bagi kita untuk memuhasabah diri atas apa yang telah kita lakukan terhadap lingkungan.Â
Selain itu, bencana ini seharusnya bisa juga menguatkan harapan kita akan pertolongan Tuhan. Hal inilah yang akan meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan.Â