Guru yang memiliki pola pikir seperti ini akan memuhasabah dirinya ketika ada siswanya yang tidak mendapatkan nilai yang baik. Guru seperti ini tidak mencari pembenaran, tetapi mencari akar permasalahan untuk disolusikan. Mungkin guru yang seperti inilah yang bisa dikatakan guru yang mendapatkan tamparan kasih sayang dari Tuhan.
Tamparan Kasih Sayang Bagi Guru
 Apa maksudnya tamparan kasih sayang?
Tamparan kasih sayang adalah sebuah istilah yang digunakan Ustad Bediuzzaman Said Nursi pada cahaya kesepuluh dalam kitabnya yang berjudul Al-lama'at. Menurut Ustad, tamparan kasih sayang adalah pelajaran yang diterima seseorang yang bekerja dalam rangka mengabdi kepada agama. Tamparan kasih sayang ini terjadi akibat kesalahan dan kelalaian mereka sebagai seorang manusia.
Lebih jauh Ustad Bediuzzaman Said Nursi menjelaskan bahwa musibah yang menimpa seseorang yang mengabdi kepada agama sebagai peringatan Tuhan dan teguran atas sikap futur (patah semangat) mereka dalam pengabdiannya.
Itulah mengapa nilai kurang baik yang didapatkan siswa sejatinya menjadi tamparan kasih sayang bagi seorang guru. Guru juga manusia, yang dalam pengabdiannya kepada pendidikan terkadang mengalami kesalahan dan kelalaian, atau mungkin juga kehilangan semangat dalam mendidik.
Beginilah seharusnya seorang guru menyikapi siswa yang mendapatkan nilai yang kurang baik. Pertama-tama guru harus menyadari bahwa salah satu penyebabnya adalah dirinya sendiri sebagai guru. Maka untuk melakukan perubahan dan perbaikan haruslah dimulai dari dirinya terlebih dahulu.
Lantas langkah kongkrit apa kiranya yang perlu diambil oleh seorang guru untuk menangani hal ini?
Pertama, guru harus bisa mengintropeksi diri. Guru harus bisa melihat kembali, mengevaluasi, dan merefleksikan pembelajaran yang dilakukannya di dalam kelas. Guru juga bisa menganalisis apa kelebihan dan kekurangannya dalam memberikan pelajaran.
Untuk melakukan ini, terkadang guru perlu masukan dari teman-teman sejawatnya atau orang-orang yang memang berkompeten untuk memberikan masukan. Ini diperlukan karena terkadang seseorang tidak mampu melihat kekurangan yang ada dalam dirinya sendiri. Ada benarnya kata pepatah "gajah di pelupuk mata tak terlihat, tapi semut di seberang lautan yang terlihat."
Kedua, guru juga harus melakukan komunikasi dengan siswa. Guru harus bisa bicara dari hati ke hati dengan siswa, bukan menghakimi. Permasalahan yang sebenarnya yang dihadapi siswa harus bisa terkuak.Â