Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membentuk Generasi Emas yang Kita Rindukan

30 Desember 2020   10:08 Diperbarui: 30 Desember 2020   10:12 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School (CRIBS)(DOK. CRIBS via kompas.com)

"Generasi Emas," itulah istilah yang digunakan oleh ulama dan intelektual Muhammad Fethullah Gulen untuk memberikan sebuah target, mimpi, dan sebuah idealisme pendidikan generasi kepada orang-orang yang terinspirasi dengan pemikiran-pemikirannya.

Kata emas khusus dipilih untuk disandingkan dengan kata generasi. Emas memiliki berbagai makna dan simbol. Emas bisa berarti kemulian, kejayaan, hegemoni, dan kebahagiaan. 

Dalam sebuah kompetisi, emas memiliki makna kemenangan. Medali emas, piala emas, plakat emas dan berbagai macam benda terbuat dari emas diberikan kepada para pemenang dan para juara. Tak heran, emas juga bermakna sebagai sebuah kebanggaan dan apresiasi bagi yang mendapatkannya.

Secara sifat kimia, unsur emas juga memiliki keistimewaan dibandingkan unsur logam yang lain. Emas bersifat stabil, mudah dibawa, tidak bereaksi, dan tidak beracun. Secara penampilan, emas enak dipandang mata, emas juga kuat namun mudah ditempa. Tidak mudah bereaksi dan tidak berkarat seperti besi, juga tidak seperti tembaga yang berubah warna menjadi hijau jika terkena udara dan lainnya. 

Konsep Generasi Emas

Muhammad Fethullah Gulen, sosok panutan yang biasa dipanggil Hojaefendi (Guru yang mulia) oleh orang-orang terdekatnya, memiliki konsep yang berbeda dan unik tentang pendidikan generasi. Bagi Hojaefendi, pendidikan bukan hanya mengajarkan atau mendidik generasi, tetapi pendidikan juga memiliki arti memberikan pelayanan (khidmah) kepada generasi. Pelayanan (khidmah) inilah yang memiliki peranan penting untuk membangun kemanusiaan.

Mimpi Hojaefendi adalah membentuk sebuah generasi yang berisi insani kamil yang memiliki pancaran nilai-nilai spiritual dari dalam dirinya. Pendekatan Hojaefendi terkait mimpinya ini memang berbeda. Beliau memiliki tekad dan kemauan yang kuat untuk menginterpretasikan mimpinya agar menjadi sebuah kenyataan dengan sebuah pergerakan. Pergerakan yang berdasarkan kepada pelayanan (khidmah). Karena menurutnya, dunia kini membutuhkan sebuah interpretasi yang baik, teladan yang baik yang mampu menuntun dan membimbing manusia menuju jalan yang benar, keluar dari degradasi moral yang sedang terjadi.

Generasi Emas yang diucapkan Hojaefendi bukanlah sebuah semboyan, motto, slogan, ataupun hanyalah sebuah retorika belaka. Generasi emas adalah idealisme yang meliputi sebuah aksi positif pelayanan (khidmah) kemanusiaan. Aksi positif yang berdasarkan nilai-nilai moral, cinta, kasih sayang, keikhlasan, pengorbanan, dan dedikasi kepada sesama. Selain itu, perdamaian dan toleransi juga menjadi pilar penting di dalamnya.

Dalam bergerak, Hojaefendi tidak sendiri pastinya. Beliau dibantu oleh orang-orang terdekatnya dan orang-orang yang mengambil inspirasi darinya. Tidak sedikit jumlahnya, gerakan pelayanan (khidmah) untuk kemanusiaan yang diinisiasi Hojaefendi ini, telah melanglang buana hampir  ke seluruh belahan dunia. 

Suatu ketika Hojaefendi pernah berkata, "Pergilah kalian ke semua tempat dimana matahari masih terbit dan terbenam." Ucapan Hojaefendi inilah yang memotivasi orang-orang yang terinspirasi olehnya untuk pergi meninggalkan tanah airnya. Tujuan mereka hanya satu, hanya untuk menggapai Ridha Ilahi dengan melakukan pelayanan (khidmah) kemanusiaan membentuk generasi emas yang dirindukan.

Membentuk Generasi Emas

Membentuk generasi emas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak kendala dan halangan yang akan dihadapi. Bediuzaman Said Nursi dalam bukunya pernah mengungkapkan tentang 3 wabah utama yang ada di dunia ini, yaitu kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan.

Kemiskinan dan perpecahan tidak akan terjadi jika tidak ada kebodohan. Kebodohan bisa dientaskan dengan pendidikan. Pendidikan adalah pusatnya. Pendidikan adalah kuncinya.

Masyarakat terdidik akan mudah dipersatukan, tidak mudah terprovokasi dan tersulut konflik sehingga terjadi perpecahan. Masyarakat terdidik akan mampu menjawab tantangan ekonomi yang mendera kehidupannya sehingga jauh dari kemiskinan.

Gagasan besar membentuk generasi emas dengan pergerakan aktif pelayanan (khidmah) pada kemanusiaan ini bukanlah sebuah alternatif pergerakan pendidikan. Alternatif biasanya akan membawa pada sebuah kompetisi. Di dalam sebuah kompetisi sangat rentan terjadinya gesekan-gesekan. Gesekan yang bisa menyebabkan kesalahpahaman. Akhirnya, konflik dan perpecahan yang terjadi.

Dalam membentuk generasi emas dibutuhkan pergerakan bersama masyarakat. Diperlukan sebuah wadah inisiasi kebersamaan. Wadah inisiasi yang bisa dimulai dengan adanya dialog antar masyarakat yang memiliki berbagai macam perbedaan. Perbedaan keyakinan, golongan, budaya, bahasa, ras, suku bangsa, warna kulit, semua harus bisa dipersatukan.

 Dalam wadah dialog ini, semua orang akan duduk bersama, berpikir bersama, dan memutuskan bersama. Tidak ada lagi alternatif jalan yang berbeda. Yang ada adalah berjalan bersama, seiringan dan seirama dengan cara yang berbeda-beda. 

Hojaefendi menyebut hal ini dengan collective comprehension atau pemahaman bersama. Pandangan bersama lebih berharga daripada pandangan pribadi, walaupun pribadi itu adalah seorang yang jenius sekalipun. Dalam agama dikatakan bahwa sesuatu yang diputuskan bersama pasti akan mendapatkan keberkahan.

Inilah pemikiran dan pemahaman Hojaefendi tentang membentuk generasi emas yang telah menginspirasi dan menggerakkan jutaan orang di seluruh dunia. 

Alhasil, generasi emas yang dimaksud Hojaefedi adalah sungguh generasi yang mulia, layaknya sebuah logam emas. Untuk melakukan tugas mulia membentuk generasi emas dibutuhkan orang-orang yang memiliki perasaan yang tulus dan suci. Sejatinya, tugas ini adalah tugas kita semua. Apalagi bagi yang berprofesi guru, mendidik generasi emas adalah tugas utamanya. 

Guru adalah sebuah tugas suci. Seperti halnya dikatakan Hojaefendi bahwa mendidik dan mengajar adalah kegiatan "suci" dan para pendidik dan guru adalah "orang suci". Karena pendidikan melingkupi nilai-nilai moral dan spiritualitas. Nilai-nilai inilah yang menjadi inti dari generasi emas yang kita rindukan.

[Baca Juga: Kita Berada di Antara Dua Ekstrem]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun