Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Makan Buah Simalakama Corona: SKB 4 Menteri dan Penemuan Vaksin

23 November 2020   14:41 Diperbarui: 26 November 2020   07:23 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekolah yang mungkin belum memiliki bangunan yang memadai, belum lagi tenaga pengajar yang terbatas, menyebabkan berjalannya tatap muka di era pandemi mungkin akan menemukan banyak kendala. 

Hal ini menimbulkan keraguan bagi masyarakat di daerah jika nantinya diputuskan bahwa sekolah akan dibuka. Masyarakat mungkin akan merasa ragu apakah keputusan pembukaan sekolah sudah benar-benar dipertimbangkan dengan baik atau hanya sekedar membuka. 

Namun, masyarakat daerah juga tidak menginginkan pembelajaran masih berjalan secara daring terus-menerus dalam waktu yang lebih lama. 

Tak bisa dipungkiri, pembelajaran daring memiliki dampak buruk pada peserta didik. Bahkan dampaknya ini bisa menjadi dampak yang permanen, yang mungkin bisa menghilangkan satu generasi.

Berdasarkan paparan Mendikbud Mas Nadiem Makarim, ada 3 dampak negatif yang bisa timbul pada anak. Diantaranya, ancaman putus sekolah, kendala tumbuh kembang, dan tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga.

Bagi saya, yang aktif mengajar daring selama 8 bulan terakhir, tekanan psikososial menjadi dampak negatif yang paling saya rasakan. Interaksi yang minim antara guru dan siswa, sulitnya memahami pelajaran, kendala fasilitas alat dan kuota, kondisi tempat tinggal, dan terlalu banyaknya beban tugas dari guru menjadi faktor mengapa banyak anak yang merasa tertekan dan stress.

Bagi anak yang mampu mengatasi permasalahan ini akan bisa terus mengikuti pembelajaran dengan baik, bagi yang tidak, akan terjadi gejala penurunan motivasi. 

Bahayanya, penurunan motivasi bisa menyebabkan anak menumpahkannya kepada hal-hal yang negatif, misalnya anak menjadi kecanduan game online, atau bermain media sosial secara berlebihan. Itu masih lebih baik, jika dibandingkan dengan ancaman fatal kesehatan berupa depresi atau gangguan kejiwaan lainnya.

Inilah mengapa SKB ini menjadi makan buah simalakama bagi masyarakat daerah. Sekolah dibuka atau tidak dibuka sama-sama membawa kekhawatiran.

Buah Simalakama Vaksin

Satu-satunya harapan bagi masyarakat daerah, dan juga masyarakat dunia adalah ditemukannya vaksin covid-19.

Saat ini salah satu vaksin yang paling menjanjikan adalah vaksin yang dibuat perusahaan farmasi Jerman BioNTech yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun