Personality (kepribadian) itu sendiri secara etimologis berasal dari kata "persona". Kata "persona" merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di zaman Romawi kuno.
Menurut Littauer sikap ekstrim manusia terjadi karena adanya respon dari rasa sakit/ketidaknyamanan di masa lampau. Masa lampau ini identik dengan masa kecilnya.
Misalnya, untuk menarik perhatian orangtuanya, seorang anak yang melankolis menggunakan topeng kepopuleran sanguinis atau sebaliknya seorang anak sanguinis, karena selalu mendapat penolakan akan menggunakan topeng melankolis untuk menunjukkan kesempurnaannya.Â
Kebanyakan anak-anak yang berada pada lingkungan rumah yang tidak berfungsi baik (dysfunctional home) akan mengenakan topeng melankolisnya. Mereka berpikir, "Jika saya bisa sempurna, Ayah tak akan memarahiku, Ibu tak akan berteriak padaku."
Banyak hal yang bisa menyebabkan dysfunctional home. Di antaranya, pengaruh minuman keras, obat-obatan, penolakan orangtua, kekerasan seksual atau emosi, atau ajaran radikal keagamaan.
Anak yang berada dalam kondisi ini tidak mengetahui bagaimana untuk bisa melawan sistem dalam dirinya. Akhirnya, mereka memilih untuk menempuh jalan apapun agar bisa membantunya selamat dari kondisi itu.
Ketika anak beranjak dewasa mereka akan terlihat memiliki kepribadian yang terbagi (split personalities) dan mereka tidak memahami keadaan ekstrem yang berubah-ubah (extreme mood swings).Â
Kepribadian terbagi pada orang dewasa, bisa dilihat pada pekerjaannya. Jika terdapat dua kepribadian yang terbagi menjadi koleris dan plegmatis. Keduanya terlihat berkebalikan dalam memahami pekerjaan.Â
Koleris suka bekerja, plegmatis suka bersantai. Yang terjadi pada kepribadian terbagi adalah orang tersebut akan membagi hidupnya menjadi dua bagian, bekerja keras di kantor dan bermalas-malasan di rumah, tanpa mau mengerjakan apapun. Kondisi ini terlihat tidak seimbang.
Kepribadian terbagi ini akan bisa sangat berbahaya jika salah dalam pengontrolan dan cara berpikir.Â
Misalnya kita pikirkan seorang anak yang koleris. Jika anak bertipe koleris tidak diberikan tempat dalam memutuskan sesuatu di keluarga, maka anak tersebut akan memiliki dua pilihan. Apakah harus melawannya dengan konsekuensi menjadi anak yang nakal (bad child) atau diam dan menerima otoritas sampai ia bisa keluar dari rumah.