Dalam ilmu kimia dikenal sebuah Hukum tentang energi/panas. Namanya Hukum Hess, diambil dari nama penemunya Germain Hess, ahli kimia kelahiran Swiss yang banyak belajar kimia di Rusia. Â
Mempelajari Hukum Hess memang menarik. Seolah kita dihadapkan oleh sebuah puzzle reaksi yang perlu kita rangkai sehingga mencapai reaksi utama yang diinginkan.
Hukum Hess dan Jalan Reaksi
Hukum Hess berbunyi "Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir".
Dalam termodinamika, ilmu yang mempelajari perubahan panas atau bentuk energi lainnya, hal ini disebut dengan fungsi keadaan (state function). Fungsi keadaan tidak memperhatikan jalan suatu reaksi atau proses reaksi, tetapi hanya keadaan awal dan akhir reaksi yang menentukan.
Yang menarik, meskipun hukum Hess adalah sebuah fungsi keadaan, dalam kenyataannya, aplikasi hukum Hess tetap memerlukan jalannya reaksi. Jalan reaksi menjadi bagian yang krusial di dalam aplikasi hukum Hess.
Sebagai contoh, jika kita ingin mereaksikan zat A membentuk zat B sebagai reaksi utamanya, reaksi tidak terjadi hanya dalam satu langkah saja. Ada zat perantara yang akan terbentuk di dalam reaksi tersebut, katakanlah zat C. Zat perantara ini disebut dengan intermediate substance.Â
Untuk mencapai zat perantara diperlukan jalan yang berbeda. Begitu pula ketika zat perantara berubah menjadi hasil/produk reaksi, diperlukan jalan berbeda yang lain.
Jadi, sebenarnya ada dua jalan yang terjadi dalam reaksi utama zat A membentuk zat B. Jalan pertama adalah zat A membentuk zat C, sebagai zat perantara. Jalan kedua adalah zat C membentuk zat B sebagai produk reaksi.
Ketika kedua jalan ini digabungkan, maka zat C tidak akan terlihat pada hasil reaksi utama. Karena zat C sejatinya hanyalah perantara yang mengantarkan zat A membentuk zat B pada reaksi utama.
Dalam kenyataannya, terkadang reaksi bisa membutuhkan lebih dari satu zat perantara. Semakin banyak zat perantara, semakin banyak jalan reaksi yang harus dilalui untuk mencapai produk/hasil reaksi yang diinginkan.
Yang terkadang perlu diperhatikan pula adalah bagaimana kita bisa memanipulasi jalan-jalan reaksi tersebut sehingga bisa sesuai dengan reaksi utama yang diinginkan.
Seni memanipulasi jalan reaksi inilah yang dipelajari pada hukum Hess, inilah proses yang penting dalam hukum Hess. Terkadang kita harus mengalikan jalan reaksi, membagi jalan reaksi, maupun terkadang  kita harus membalik jalan reaksi. Tujuannya satu, agar jalan-jalan reaksi itu cocok untuk mendapatkan reaksi utama yang diinginkan.Â
Semua itu dilakukan dengan reaksi utama sebagai acuan. Dan itu sangat mengasyikkan, laksana merangkai teka-teki puzzle yang tak beraturan.
Analogi Hukum Hess dalam Kehidupan
Lantas, apa kiranya pelajaran yang bisa diambil dari hukum Hess ini?
Dalam kehidupan, ketika kita ingin mencapai sebuah target kehidupan, sebuah mimpi ataupun sebuah idealisme terkadang kita dihadapkan oleh langkah-langkah yang harus kita lalui, proses yang perlu kita lakukan.
Misal, jika kita ingin menjadi pelajar yang sukses, maka sebelum berproses, yang harus kita lakukan adalah menetapkan target yang ingin kita capai. Target inilah yang menjadi patokan dan acuan kita dalam bertindak. Target ini dalam hukum Hess laksana reaksi utama yang ingin kita dapatkan.
Jika target sudah di setting, selanjutnya adalah kita mulai untuk berproses, untuk mulai bertindak. Setidaknya ada 3 langkah yang perlu kita lakukan. Ketiga langkah ini perlu kita manipulasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan target yang kita inginkan.
Langkah pertama adalah membuat perencanaan yang baik. Dalam perencanaan, harus ada strategi dan manajemen waktu yang baik. Satu rencana tidak cukup, perlu ada juga backup rencana, rencana A, B, C dan seterusnya.
Rencana tanpa manajemen waktu yang baik ibarat buku tulis tanpa garis. Kita akan sulit menuliskan tulisan pada tempat yang tepat. Selalu miring ke atas atau ke bawah, karena tidak ada garis yang mengarahkan.
Langkah kedua adalah memaksimalkan semua potensi dan kemampuan yang kita miliki. Tuhan menciptakan manusia dengan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda.Â
Individu yang sukses adalah individu yang mampu menggunakan potensi dan kemampuan pada dirinya dengan baik dan benar. Yang perlu kita lakukan adalah mengidentifikasi potensi dan kemampuan apa yang kita miliki untuk mencapai target yang kita canangkan.
Langkah ketiga adalah memfokuskan diri. Fokus dengan target yang akan dicapai. Fokus dalam mengelola potensi dan kemampuan yang sudah kita maksimalkan sebelumnya. Â
Ketika kita bisa fokus, maka jalan yang akan diambil pun akan sesuai dengan target yang kita canangkan. Ibarat memanah, dengan adanya fokus, busur panah akan mampu mengarahkan anak panah kepada sasaran yang tepat.
Dalam setiap langkah yang kita ambil, sejatinya akan menjadi perantara bagi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Langkah-langkah ini menunjukkan proses yang seharusnya kita lakukan.
Alhasil, meskipun hukum Hess adalah sebuah fungsi keadaan (state function) dimana proses tidak terlalu dipentingkan, tetap saja dalam penerapannya, proses tidak bisa dinafikan.
Proses memang terkadang tidak terlihat pada hasil, tetapi proses sangat menentukan hasil yang akan dicapai.
Seperti halnya zat perantara pada proses reaksi yang bisa membawa reaksi kepada hasil yang diinginkan, begitu juga perencanaan, memaksimalkan potensi/kemampuan, dan memfokuskan diri adalah proses yang akan bisa membawa seseorang kepada kesuksesan yang diinginkan.
[Baca Juga: Orangtua Dipanggil Sekolah adalah Proses Pendidikan, Bukan Proses Pengadilan]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H