Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyamuk Kecil dan Rakyat Kecil

16 Oktober 2020   08:40 Diperbarui: 16 Oktober 2020   09:04 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nyamuk demam berdarah, nyamuk aedes aegypti.(kompas.com)

Memasuki bulan Oktober, hujan semakin sering turun. Di tempat kami, datangnya musim hujan ditandai dengan semakin banyaknya nyamuk yang berdatangan, terutama ketika malam tiba, ketika hari mulai gelap. 

Datangnya nyamuk membuat saya termenung melihat makhluk ciptaan Tuhan ini. Pastinya, nyamuk diciptakan bukan tanpa makna. Nyamuk datang dan menancapkan jarumnya ke tubuh kita bukan tanpa sebab. Semua sudah ada yang mengaturnya.

Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna seharusnya menyadari akan hal ini. Manusia memiliki kelebihan dibanding nyamuk dan makhluk Tuhan yang lain. Manusia punya akal yang bisa digunakan untuk berpikir.

Mentafakkuri Nyamuk 

Dalam agama, berkenaan dengan menggunakan akal, ada konsep berpikir mendalam, merenung, berkontemplasi. Konsep ini disebut dengan tafakkur. Tafakkur dilakukan untuk mencari hakikat, bukan hanya sekedar mencari esensi, inti, atau makna. Caranya adalah dengan melihat materi dengan akal dan hati, bukan hanya dengan mata jasmani.

Ketika kita bertafakur tentang nyamuk, kita akan mendapatkan makna diciptakannya nyamuk. Meskipun kedatangan nyamuk tidak diingini orang, tapi siapa nyana ternyata ada hikmah mulia di dalamnya.

Nyamuk diciptakan dengan begitu sempurna oleh Sang Pencipta. Kemampuannya menusukkan jarumnya, alat sensor yang ada dalam tubuhnya, organ-organ yang berfungsi dengan baik, membuat kita terenyuh. Betapa telitinya Tuhan menciptakan benda sekecil ini. Inilah hakikatnya, makhluk sekecil ini mengingatkan kita akan kekuasaan Tuhan. Bertambah kuatlah iman kita.

Namun, banyak orang yang membencinya, karena suara dengungnya mengganggu tidur kita, gigitannya membuat badan kita gatal, bentol dan meninggalkan bintik/bercak merah yang tak sedap dipandang mata.

Selain itu, yang paling ditakutkan dari nyamuk adalah mikroba yang dibawanya. Mikroba dalam bentuk bakteri dan virus terkadang menempel pada dirinya. Ketika menggigit orang yang sehat, tertularlah orang yang sehat tersebut. Jadilah berbagai macam penyakit, malaria, kaki gajah, demam berdarah, dan berbagai macam lainnya.

Salahkah Nyamuk?

Sebenarnya, nyamuk tidak menggigit untuk menularkan penyakit. Nyamuk menggigit tujuannya untuk menyambung hidupnya. Nyamuk butuh protein yang ada dalam darah manusia untuk membantu proses penetasan telurnya. Itulah mengapa nyamuk yang menggigit adalah hanya nyamuk yang betina.

Selain itu, di dalam tubuh nyamuk sebenarnya tidak ada mikroba, baik bakteri atau virus. Bakteri dan virus itu ada karena nyamuk terkontaminasi ketika menghisap darah orang yang memang sudah memiliki bakteri dan virus tersebut di dalam tubuhnya. 

Nyamuk hanya sekedar menjadi perantara. Nyamuk tak tahu kalau dirinya telah terkontaminasi bakteri dan virus dari orang yang sakit. Andai nyamuk bisa tahu keberadaan bakteri dan virus pada seseorang yang sakit, pastinya nyamuk tidak akan menggigitnya. Jika hal ini terjadi, bakteri dan virus tak akan menyebar, penyakit tak akan menular, dan nyamuk pun tidak dijadikan kambing hitam.

Jadi, salahkah nyamuk? Tidak rasanya. Meskipun nyamuk tak bisa disalahkan, lantas mengapa penyebaran penyakit terjadi? Apa hikmahnya bagi kita manusia?

Ternyata, ketika nyamuk menggigit tubuh kita, secara tidak langsung, nyamuk menstimulasi aktifnya sistem imun yang ada pada diri kita. Tubuh bereaksi dengan mengeluarkan antibiotik penangkal bakteri dan virus. Akhirnya manusia akan lebih imun dan aman dari penyakit. Bukankah hal ini adalah penting bagi tubuh kita?

Selain itu, penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus yang dibawa oleh nyamuk membuat manusia berusaha keras menemukan obat penawarnya. Manusia dipaksa menggunakan nalar dan logikanya untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Bukankah ini yang memang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk berakal?

Rakyat Kecil yang Terlupakan 

Itulah nyamuk, makhluk kecil yang diciptakan Tuhan. Kecil tapi bermakna, meskipun yang kecil terkadang terlupakan.

Lihatlah rakyat kecil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi pemerintah rakyat kecil mungkin tak penting, laksana nyamuk dalam kehidupan. 

Namun perlu diingat, rakyat kecil juga memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau tak ada rakyat kecil, tak mungkin ada pemerintahan.

Dalam demokrasi, pemerintah dipilih oleh rakyat, pemerintah bekerja untuk rakyat, dan sebenarnya pemerintah juga berasal dari rakyat, bagian dari rakyat. Betapa teganya jika pemerintah terpilih, yang dipilih sebagi wakil rakyat, tidak mementingkan rakyatnya, terutama rakyat yang dikategorikan sebagai "rakyat kecil".

Rakyat kecil pun bisa bertindak seperti nyamuk, "menggigit" dan "membuat gatal dan bentol" pemerintah. Seperti halnya nyamuk, tidak ada niat buruk di dalamnya. Tujuannya tulus, untuk menyambung kehidupan, mendapatkan keadilan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah seharusnya sensitif akan hal ini, bukan justru reaktif menanganinya.

Alhasil, Tuhan memberikan perumpamaan kepada manusia untuk menjelaskan segala hakikat dengan bermacam makhluk hidup dan benda, baik yang kecil maupun besar.

Salah satunya adalah nyamuk yang mengajarkan kita bagaimana bertafakkur, mencari hakikat dan hikmah dalam kehidupan. Baik kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga kita bisa memahaminya.

[Baca juga: Positif dan Negatif Tidak Selalu Bermakna Baik dan Buruk]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun