Maksudnya, manusia adalah makhluk pribadi dan sosial. Sisi pribadi dan sosial harus seimbang. Jika hanya sisi pribadi saja yang dipentingkan, yang timbul adalah sifat egoisme dan kesombongan diri.Â
Begitu juga, jika manusia terlalu sosialis tanpa memikirkan kepribadiannya, maka yang terjadi adalah manusia akan rentan terjerumus pada pola pikir hedonisme, materialisme, sosialisme-komunisme, dan melupakan hubunganya kepada Tuhan.
Alhasil, menyerap atau melepas energi, pemutusan atau pembentukan ikatan. Semua terkesan saling bertolak belakang satu sama lain. Keduanya disimbolkan dengan nilai positif dan negatif.
Meskipun secara matematis, nilai bisa menjadi positif dan negatif, bukan berarti itu akan selalu diartikan saling bertolak belakang, yang satu baik, yang satu buruk.Â
Terkadang positif dan negatif harus dilihat secara seksama. Terkadang positif dan negatif tidak selalu bertolak belakang. Oleh karenanya, positif dan negatif jangan selalu dibenturkan.
Positif dan negatif, hanyalah sebuah tanda. Adakalanya keduanya bernilai baik jika mampu diseimbangkan. Yang perlu kita pikirkan adalah apa yang bisa kita manfaatkan dari tanda tersebut. Perlu ketelitan dan pemikiran mendalam untuk memahaminya.
[Baca juga: Keajaiban Mungkin Saja Terjadi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H