Begitu juga ketika kita tidak tahu suatu reaksi bersifat eksotermik, bisa berbahaya jadinya. Energi yang dilepaskan bisa tak terkontrol. Padahal, jika energi yang dilepaskan bisa kita kontrol, justru bisa menguntungkan.Â
Energi yang dilepaskan bisa kita rubah dan gunakan untuk menjadi energi yang lebih bermanfaat. Karena menurut Hukum Termodinamika pertama, "Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain."Â
Bukankah dunia saat ini sedang mencari sumber energi terbarukan (renewable energy) untuk menggantikan energi fosil yang mulai menipis keberadaannya? Bukankah penelitian juga mengarah kepada pencarian energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan?
Semua itu mungkin dilakukan jika kita memahami benar bahwa sebuah reaksi bersifat eksotermik. Kita jadi tahu apakah reaksi  bisa menghasilkan energi yang besar atau tidak. Setelah tahu, kita bisa usahakan untuk mengkonversikannya menjadi energi yang bermanfaat.
Sebuah Refleksi
Lalu apa nilai yang bisa kita petik dari pembahasan termokimia ini?
Bagi saya, semua hal ini mengingatkan kita akan perlunya ketelitian dalam memahami keseimbangan lingkungan. Dalam reaksi kimia yang berperan sebagai sebuah sistem di dalam lingkungan, ada energi yang diserap dan ada energi yang dilepaskan. Keduanya berlangsung secara seimbang.
Jika energi yang diserap lebih banyak daripada energi yang dilepaskan, berarti untuk mereaksikan dibutuhkan energi tambahan dari lingkungan.Â
Sebaliknya jika energi yang dilepas lebih banyak daripada energi yang diserap, berarti reaksi tersebut melepaskan energi ke lingkungan.
Begitu juga halnya manusia. Manusia membutuhkan energi dan secara bersamaan juga melepaskan energi. Keduanya berlangsung secara seimbang di dalam tubuh manusia.Â
Manusia makan untuk mendapatkan energi, bekerja untuk melepaskan energi. Tanpa makan, manusia kekurangan energi, begitu juga tanpa kerja, energi dalam diri akan berubah menjadi bentuk yang berbahaya. Makan dan kerja harus seimbang, salah satunya tidak seharusnya dilebihkan.
Dari sisi rohani juga sama. Manusia memerlukan energi untuk menghidupkan jiwa, semangat, dan motivasinya dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia seharusnya juga bisa melepaskan energi yang dimilikinya untuk menghidupkan jiwa, semangat, dan motivasi orang lain.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!