Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Positif dan Negatif Tidak Selalu Bermakna Baik dan Buruk

15 Oktober 2020   11:46 Diperbarui: 15 Oktober 2020   14:41 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Termokimia (truehorizon.org via kompas.com)

Begitu juga ketika kita tidak tahu suatu reaksi bersifat eksotermik, bisa berbahaya jadinya. Energi yang dilepaskan bisa tak terkontrol. Padahal, jika energi yang dilepaskan bisa kita kontrol, justru bisa menguntungkan. 

Energi yang dilepaskan bisa kita rubah dan gunakan untuk menjadi energi yang lebih bermanfaat. Karena menurut Hukum Termodinamika pertama, "Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain." 

Bukankah dunia saat ini sedang mencari sumber energi terbarukan (renewable energy) untuk menggantikan energi fosil yang mulai menipis keberadaannya? Bukankah penelitian juga mengarah kepada pencarian energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan?

Semua itu mungkin dilakukan jika kita memahami benar bahwa sebuah reaksi bersifat eksotermik. Kita jadi tahu apakah reaksi  bisa menghasilkan energi yang besar atau tidak. Setelah tahu, kita bisa usahakan untuk mengkonversikannya menjadi energi yang bermanfaat.

Sebuah Refleksi

Lalu apa nilai yang bisa kita petik dari pembahasan termokimia ini?

Bagi saya, semua hal ini mengingatkan kita akan perlunya ketelitian dalam memahami keseimbangan lingkungan. Dalam reaksi kimia yang berperan sebagai sebuah sistem di dalam lingkungan, ada energi yang diserap dan ada energi yang dilepaskan. Keduanya berlangsung secara seimbang.

Jika energi yang diserap lebih banyak daripada energi yang dilepaskan, berarti untuk mereaksikan dibutuhkan energi tambahan dari lingkungan. 

Sebaliknya jika energi yang dilepas lebih banyak daripada energi yang diserap, berarti reaksi tersebut melepaskan energi ke lingkungan.

Begitu juga halnya manusia. Manusia membutuhkan energi dan secara bersamaan juga melepaskan energi. Keduanya berlangsung secara seimbang di dalam tubuh manusia. 

Manusia makan untuk mendapatkan energi, bekerja untuk melepaskan energi. Tanpa makan, manusia kekurangan energi, begitu juga tanpa kerja, energi dalam diri akan berubah menjadi bentuk yang berbahaya. Makan dan kerja harus seimbang, salah satunya tidak seharusnya dilebihkan.

Dari sisi rohani juga sama. Manusia memerlukan energi untuk menghidupkan jiwa, semangat, dan motivasinya dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia seharusnya juga bisa melepaskan energi yang dimilikinya untuk menghidupkan jiwa, semangat, dan motivasi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun