Khusus untuk fenomena games, efeknya lebih berbahaya dari zaman-zaman sebelumnya. Sekarang, berbagai macam games bisa diunduh dengan cepat dan mudah. Tinggal cari dan klik download di play store, games sudah di genggaman tangan, bisa dimainkan kapanpun dan dimanapun.
Karena gadget ditangan, penggunaannya pun semakin tak terkontrol. Banyak anak-anak usia sekolah yang lupa waktu jika sudah bermain games di gadgetnya.
Saking asyiknya bermain games bahkan terkadang anak-anak lupa makan-minum, lupa istirahat. Yang lebih bahaya, jika anak sudah lupa kehidupan sosialnya, lupa kalau dia punya keluarga, lupa kalau dia punya teman. Bahkan ada juga yang juga melupakan belajar dan kegiatan sekolahnya.Â
Tak pelak, games masih menjadi masalah serius bagi sebagian siswa. Guru dan orang tua harus serius menangani hal ini. Ancaman terjadinya mental disorder sangat besar. Itu bisa terjadi jika siswa sudah benar-benar kecanduan terhadap games.
Laksana orang yang kecanduan narkoba, kecanduan games juga akan memiliki beberapa efek. Ada efek fisik dan psikologis yang mungkin akan terjadi.
Efek fisiknya adalah bisa terjadi gangguan beberapa organ tubuh karena terlalu lama digunakan bermain games. Yang paling signifikan adalah gangguan mata. Karena ketika bermain games di depan gadget ada paparan sinar biru yang bisa mengganggu fungsi retina mata.
Efek psikologis sama bahayanya. Stress, depresi, kecemasan, dan perilaku asosial tak terhindarkan. Jika sudah akut, bahkan perlu dibawa ke psikolog. Yang lebih mengkhawatirkan adalah jika sudah merusak organ otak. Fungsi otak berkurang. Dampaknya akan berlangsung lama dalam kehidupan.
Strategi Menangani Kecanduan Games
Lalu bagaimana sebaiknya menangani masalah siswa yang kecanduan games ini? Apa strategi dan langkah-langkah yang harus diterapkan?
Pertama, guru harus mampu mendeteksi permasalahan dengan baik. Sejauh mana tingkat kecanduan siswa harus benar-benar dipahami.Â
Dengan ini, guru akan mudah menyusun langkah apa yang pertama dan utama yang harus diambil untuk membantu siswa tersebut keluar dari permasalahannya.
Kedua, guru harus mampu melakukan pendekatan persuasif untuk menjelaskan permasalahan kepada siswa. Guru harus mampu menjelaskannya dengan logis dan mudah dipahami siswa.Â