Terpilihnya WFP sebagai peraih nobel perdamaian memiliki pesan yang perlu kita renungi. Seolah hal ini mengingatkan kita akan beberapa nilai penting yang perlu kita kedepankan di dunia.
Pertama, terpilihnya sebuah organisasi, bukan individu, memiliki nilai tersendiri. Sebuah organisasi adalah simbol kolektivitas. Kolektivitas hadir untuk mempersatukan. Di masa pandemi ini, bukankah persatuan, kebersamaan, dan solidaritas yang perlu kita usahakan? Â
Emile Durkheim menyebut hal ini dengan representasi kolektif (collective representation) dimana manusia dipersatukan dengan simbol-simbol. Mungkin hadiah nobel perdamaian ini, bisa juga dijadikan simbol persatuan dunia untuk perdamaian.
Kedua, diangkatnya isu kelangkaan pangan dan kelaparan seolah mengingatkan kita akan angka kemiskinan di dunia. Kelaparan disebabkan oleh kemiskinan. Di masa pandemi, angka kemiskinan meningkat tajam seiring dengan meningkatnya angka pengangguran.
Berdasarkan laporan terakhir World Economic Forum (WEF) baru-baru ini, masih menempatkan pengangguran di posisi teratas pada resiko regional melakukan bisnis. Bahkan berdasarkan laporan itu, imbas pengangguran karena pandemi akan bisa terasa pada dunia bisnis sampai 10 tahun kedepan. Sungguh hal yang sangat mengerikan.
Ketiga, isu kelangkaan pangan dan kelaparan mengingatkan kita akan bahayanya konflik. Jika kita perhatikan, dimana ada konflik, disitu ada kemiskinan dan kelaparan. Begitu juga sebaliknya, dimana ada kemiskinan dan kelaparan, disitu rentan terjadi konflik.
Dunia pada saat ini masih berjuang melawan tantangan konflik yang terjadi dimana-mana. Berbagai macam sebabnya. Isu agama, ideologi, politik, perebutan kekuasan dan pengaruh menjadi isu yang sangat rentan untuk membakar api konflik.
Yang teraktual adalah konflik yang terjadi di Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan yang di backing Turki melawan Armenia yang di backing Rusia. Jika konflik ini berkelanjutan bukan tidak mungkin akan terbentuk zona konflik baru yang bisa menyebabkan klaster kelaparan baru.
Sebuah Refleksi
Ya, pesan pentingnya persatuan, masih adanya kemiskinan dan konflik di dunia memang sangat penting untuk kita perhatikan dan carikan solusinya.
Sebenarnya, permasalahan dunia ini sudah disampaikan oleh Ustad Bediuzzaman Said Nursi beberapa puluh tahun yang lalu. Nursi mengatakan dalam bukunya Risalah Nur, ada tiga permasalahan dunia, kemiskinan, konflik dan kebodohan.Â
Kemiskinan dan konflik tidak akan terjadi jika tidak ada kebodohan. Kebodohan bisa dientaskan dengan pendidikan. Pendidikan adalah pusatnya. Pendidikan adalah kuncinya.